Wisatawan mungkin akan dengan mudah menyebut daerah tempat wisata Bandung dengan cara menggeneralisir. Dalam artian tempat wisata di satu tempat akan begitu saja dimasukkan ke salah satu daerah atau wilayah yang paling terkenal.
Berikut adalah satu contoh yang paling mudah untuk menjelaskan pernyataan di atas. Secara umum masyarakat mengenal situ Patengan sebagai aset wisata di daerah Ciwidey. Padahal, jika dilihat secara administratif, warga setempat lebih senang menyebutnya sebagai daerah Rancabali.
Itu berarti Situ Patengan sebenarnya berada di luar wilayah Ciwidey. Hal serupa terjadi juga pada tempat wisata di sekitarnya semisal Kawah Putih dan Cimanggu. Kedua tempat ini seringkali disebut sebagai bagian dari tujuan wisata di daerah Ciwidey.
Dari sudut pandang kepariwisataan, hal seperti ini sebenarnya sah-sah saja. Artinya suatu daerah yang lebih terkenal biasa digunakan untuk mendongkrak daerah lainnya yang lebih dekat. Fenomena kepariwisataan seperti ini lebih terkenal dengan istilah kawasan pariwisata.
Dengan demikian akan terasa wajar jika semua tempat wisata yang berada dekat dengan Ciwidey kemudian disebut sebagai kawasan wisata atau pariwisata Ciwidey. Kewajaran tersebut tentu saja didapat dari pandangan atau sebutan wisatawan, bukan dari dinas atau instansi terkait yang mengelola kawasan tersebut. Terlebih dari warga setempat yang pada kenyataannya memiliki ego kedaerahan yang sangat kuat.
Fakta lain tentang daerah tempat wisata Bandung, umumnya mengalami kemajuan ekonomi yang sangat pesat setelah terbukanya daerah tersebut sebagai tujuan wisata. Satu hal yang sangat mempengaruhi kemajuan ekonomi ini adalah kemudahan akses terutama perbaikan jalan.
Sebagaimana diketahui, hampir semua daerah wisata di Bandung berada di sekitar pemukiman warga yang memiliki mata pencarian dominan sebagai petani dan peternak. Semisal akses jalan yang buruk tentunya akan berpengaruh pada lamanya waktu distribusi.
Sementara semakin lama waktu pendistribusian, semakin banyak juga penyusutan hasil pertanian yang didapat. Semakin banyak penyusutan, maka semakin berkurang juga pendapatan. Singkatnya, terbukanya akses jalan yang baik, tentu saja akan berpengaruh pada perbaikan kualitas dan distribusi hasil pertanian yang sealu berhubungan dengan pendapatan ekonomi.
Di lain sisi, terbukanya akses jalan yang baik akan memicu kenyamanan wisatawan dalam perjalanan. Semakin nyaman wisatawan akan semakin tinggi juga animonya untuk berkunjung yang pada tahap selanjutnya akan mendongkrak jumlah kunjungan wisata pada satu tempat.
Berhubungan dengan pertanian, fenomena agro wisata yang kenyataannya tetap mempertahankan struktur masyarakat setempat sebagai petani, ternyata bisa juga dianggap sebagai faktor pendongkrak peningkatan ekonomi warga di daerah tempat wisata Bandung.