Taman Wisata Maribaya yang terletak di Kecamatan Lembang, sebenarnya telah terkenal sejak berabad lalu. Dengan umurnya yang seperti itu, bisa dikatakan bahwa objek wisata ini termasuk dalam salah satu kategori objek wisata tua di Indonesia. Terlebih jika dibandingkan dengan objek lain yang baru muncul atau sedang berkembang.
Sebagai bagian dari wilayah Lembang, tak perlu diragukan lagi apa yang menjadi daya tarik objek wisata ini. Lembang memang terkenal dengan keindahan alamnya, hal itu jugalah yang menjadi daya pikat Maribaya sebagai objek wisata.
Sepenggal Legenda
Sebuah tempat yang memikat dan menjadi perhatian umum, kiranya tak akan lepas dari legenda yang menyertainya. Begitu pun objek wisata Maribaya yang penamaannya diambil dari salah satu tokoh perempuat cantik yang bernama Maribaya.
Dikisahkan, Maribaya adalah seorang puteri dari Eyang Raksa Dinata yang kelak dikenal sebagai pengembang objek wisata Maribaya. Paras maribaya yang cantik memang menjadi incaran dan rebutan para pemuda dan pria pada umumnya. Tak jarang terjadi pertumpahan darah akibat perebutan tersebut.
Cemas dan khawatir terjadi sesuatu yang buruk terhadap puterinya, tentu saja merupakan momok yang menakutkan. Hal itu wajar, terlebih keadaan ekonomi mereka yang bisa dikatakan sangat miskin. Dan kemiskinan, kerap menjadi ladang eksploitasi bagi golongan yang jauh di atasnya.
Ditambah lagi dengan berbagai masalah yang telah terjadi berhubungan langsung dengan Taman Wisata Maribaya. Bukan tak mungkin akan menjadi alasan kuat yang sangat berhubungan dengan keselamatan. Atas kekhawatiran itulah, Eyang Raksa Dinata kemudian pergi bertapa untuk mencari wangsit ke Gunung Tangkuban Parahu, sebagai upaya menyelamatkan puteri dan keluarganya.
Singkat cerita, wangsit pun didapat dari hasil pertapaannya. Bersamaan dengan wangsit itu, ia mendapat juga dua buah bokor berisi air yang harus ditumpahkan di bagian barat dan timur Gunung Masigit. Satu hal yang ajaib muncul setelah ia melaksanakan wangsit tersebut. Sebuah mata air yang kini dikenal sebagai sumber air panas dan mengandung belerang, keluar dari tempat bokor itu disiramkan.
Mata air panas yang mengandung belerang tentu saja selalu dianggap berkhasiat, terutama untuk penyakit kulit. Perlahan namun pasti, kabar keberadaan sumber air panas ini pun menyebar ke berbagai pelosok. Hasilnya adalah banyak pengunjung yang kemudian datang ke tempat tersebut.
Di akhir kisah, karena banyak pengunjung yang datang, sekitar tahun 1835, Eyang Raksa Dinata kemudian mengembangkan tempat tersebut sebagai lahan pemenuhan nafkahnya. Karena itu jugalah ekonomi keluarganya menjadi terangkat.
Sebagai kenangan dalam usaha menyelamatkan puteri dan keluarganya, ditetapkanlah tempat ini sesuai dengan nama puterinya, Maribaya. Di sisi lain, keindahan alam di sekitar lokasi ternyata memang berbanding lurus dengan kecantikan Maribaya. Atas penetapan nama tersebut, objek wisata ini kelak dikenal sebagai Taman Wisata Maribaya.