Rebo Nyunda dan Gerakan Pungut Sampah bisa dikatakan sebagai program terkenal yang dicanangkan pemerintah kota Bandung di bawah kepemimpinan Ridwan Kamil. Kedua program ini, sepintas lalu memiliki akar permasalahan yang berbeda. Namun, keduanya berhasil disatukan dalam satu kesamaan filosofis yaitu menjaga dan melestarikan kebudayaan di kota Bandung dan masyarakat Sunda pada umumnya.
Rebo Nyunda atau program menggunakan bahasa Sunda di hari Rabu adalah konsep pelestarian bahasa daerah. Istilah ngamumule yang dekat pada pengertian melestarikan dan bangga atas bahasa sendiri, kerap digunakan sebagai sarana promosinya. Dengan demikian, ngamumule bahasa Sunda memiliki pengertian menggunakan, mencintai bahasa Sunda dengan upaya untuk melestarikannya.
Bagaimana pun, bahasa adalah salah satu dari unsur kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat. Menggunakan bahasa daerah sama artinya dengan memperkuat akar kebudayaan yang dimaksud. Berawal dari degradasi penggunaan bahasa Sunda di kota Bandung, yang dicirikan dengan kurangnya kesadaran masyarakat dalam mendidik generasi baru dengan penggunaan bahasa daerah. Program ini dianggap berhasil mengembalikan kecintaan warga Bandung dan warga Sunda pada umumnya terhadap bahasa daerahnya.
Jika merujuk pada kebudayaan nasional yang sering didefinisikan sebagai puncak dari kebudayaan daerah. Maka penggunaan bahasa Sunda sebagai salah satu wujud kebudayaan daerah, tentu saja memiliki fungsi yang sangat penting dalam penunjang kebudayaan nasional. Hal ini pun memiliki arti, jangan sampai kebudayaan daerah sebagai kekuatan dari kebudayaan nasional ditinggalkan dan digeser oleh kebudayaan asing. Jika hal tersebut terjadi, maka tak ada lagi istilah kebudayaan nasional sebagai puncak dari kebudayaan daerah. Sebab, kebudayaan daerah sendiri telah tergerus oleh kebudayaan asing.
Lalu, apa hubungannya dengan gerakan pungut sampah?
Sebagaimana diketahui bahwa kota sampah pernah melekat sebagai predikat dari Kota Bandung. Gerakan pungut sampah merupakan salah satu upaya yang dilakukan pemerintah untuk membersihkan Bandung dari sampah. Termasuk juga keterkaitannya terhadap program Bandung zero waste atau nol sampah.
Rebo Nyunda dan Gerakan pungut sampah pada dasarnya adalah gerakan berbasis komunitas yang peduli terhadap lingkungan yang bersih dan nyaman. Membersihkan atau memungut sampah dalam radius 100 meter dari tempat kerja adalah salah satu kampanyenya. Tujuan akhirnya tentu saja menciptakan kesadaran warga akan kebersihan lingkungannya.
Sebagaimana diketahui, lingkungan yang bersih tentu saja akan membuat warganya merasa nyaman. Kenyamanan warga, pada akhirnya akan menghasilkan kecintaan terhadap lingkungannya. “Jika bukan kita siapa lagi?” “ Dimulai dari Diri Sendiri” dan jargon-jargon lainnya dianggap mampu mendongkrak kesadaran warga terhadap kebersihan.
Bukan hanya itu, jargon-jargon tersebut pun digunakan juga dalam penguatan budaya daerah. Sederhananya, Rebo Nyunda dan Gerakan Pungut Sampah, bisa dikatakan memiliki akar filosofis yang sama. Yaitu, menciptakan kesadaran warga untuk mencintai kebudayaan dan lingkungannya yang semestinya memang harus dimulai dari diri sendiri.