Jejak Bioskop di Cicadas, Pusat Hiburan Kota Bandung Yang Tersingkirkan

6 Likes Comment
Eks bioskop Dian di Bandung, Maret . Prima mulia

Berbicara tentang sejarah pusat hiburan kota Bandung, tentunya tak akan lepas dari nostalgia masa lalu. Meski demikian, sejarah adalah gambaran masa lalu yang seharusnya tidak hanya dijadikan bahan nostalgia. Tetapi selaiknya dijadikan catatan penting sebagai tolok ukur dan bahan evaluasi dalam melihat tingkat kemajuan atau perkembangan suatu wilayah.

Salah satu wilayah yang memegang peranan penting dalam perkembangan Bandung adalah Cicadas yang berpusat di Jalan A. Yani dan jalan Terusan Kiara Condong. Tak bisa dipungkiri jika Cicadas di masa lalu merupakan salah satu wilayah yang mengalami perkembangan terpesat di kota Bandung. Bukti pesatnya perkembangan tersebut bisa dilihat sarana dan prasarana yang pernah dimilikinya, semisal hiburan, pertokoan atau perbelanjaan, pasar hingga terminal.

Bioskop Cicadas

Cicadas di masa lalu, bisa dikatakan sebagai pusat hiburan kota Bandung yang paling ramai setelah alun-alun. Bayangkan saja, hanya dalam satu wilayah Cicadas pernah memiliki hingga 4 bioskop sekaligus yang tempatnya saling berdekatan.
Nama-nama bioskop yang pernah ada di Cicadas adalah:

  • Bioskop Cahaya, merupakan bioskop berdaya tampung kecil. Bioskop ini cukup unik karena menggunakan berbagai macam tempat duduk, mulai dari kursi empuk, bangku kayu hingga lesehan. Cahaya termasuk bioskop yang kurang laku, sebab sanitasinya yang kurang bagus. Bioskop ini adalah bioskop yang pertama kali lenyap, lalu beralihfungsi menjadi supermarket Matahari Kiara Condong yang saat ini sudah tidak beroperasi lagi.
  • Taman Hiburan sebagai bioskop terbesar yang memiliki dua pintu. Satu pintu di jalan Kiara Condong, tepat di seberang bioskop Cahaya, pintu lainnya di Jalan A. Yani. Bioskop ini disebut juga sebagai bioskop misbar (gerimis bubar) terbesar di kota Bandung. Daya tampungnya diperkirakan mencapai ribuan orang. Taman Hiburan sekarang beralih fungsi menjadi tempat futsal dengan bigscreen yang masih dipertahankan sebagai ciri khasnya.
  • Ramayana yang terletak tak begitu jauh dari Taman Hiburan tepatnya di seberang jalan Asep Berlian. Bioskop ini pun bisa dikatakan sebagai bioskop misbar, namun daya tampungnya tak sebesar Taman Hiburan. Bioskop ini lenyap dan dialihfungsikan menjadi pertokoan.
  • Nirwana adalah bioskop terakhir yang lenyap di Cicadas. Bioskop ini termasuk dalam bioskop elit di masanya. Kursi lipat yang empuk sekelas bioskop modern telah digunakan, meski kebersihannya masih jauh jika dibandingkan dengan bioskop modern. Terletak di Jalan A. Yani, saat ini beralih fungsi menjadi mini market dan pertokoan.

Empat bioskop di atas, tentunya tidak seperti bioskop modern seperti saat ini. Namun, jika menghitung daya tampungnya per hari yang mencapai ribuan orang, hal tersebut jelas bukan hal yang dianggap biasa. Bayangkan saja berapa banyak perputaran uang yang terjadi dalam jam operasionalnya. Berapa banyak pula PAD yang didapat dari perputaran uang tersebut?

Meski demikian, perkembangan dan perubahan fisik suatu wilayah, tak akan lepas dari pembangunan. Dan pembangunan sepastinya akan selalu membawa nostalgia bagi generasi yang pernah mengalaminya. Sementara nostalgia merupakan catatan sejarah yang paling akurat. Itulah juga yang terjadi pada pusat hiburan Kota Bandung.

You might like

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *