Cerita Dibalik Peninggalan-peninggalan Sejarah Karawang Dari Masa Ke Masa

39 Likes Comment
Sejarah Karawang

Jika melihat perjalanan sejarah Karawang dari mulai jaman kerajaan hingga masa penjajahan, begitu banyak catatan sejarah di kota yang berjuluk lumbung padi ini. Bahkan, menurut catatan sejarah Karawang menjadi kawasan yang terus berkembang, dari mulai masa kerajaan hingga masa penjajahan oleh bangsa penjajah.

Dari masa-masa sejarah yang dilalui oleh kawasan Karawang tersebut, banyak situs-situs yang menjadi tanda bahwa dulunya kawasan ini pernah mengalami beberapa masa yang luar biasa. Dimulai dari peninggalan sejarah pada masa kerajaan, seperti Kerajaan Pajajran, Kerajaan Sunda, dan lain sebagainya hingga peninggalan sejarah pada masa penjajahan di Indonesia.

Berikut ini beberapa situs peninggalan sejarah di kawasan Karawang yang bisa menambah wawasan;

Candi Jiwa dan Candi Blandongan di Situs Batujaya

Situs Batujaya Karawang
Foto: https://versesofuniverse.blogspot.com/

Situs Batujaya merupakan situs yang paling terkenal di Kota Karawang. Situs candi ini menempati dua wilayah sekaligus, yaitu Desa Segaran, Kecamatan Batujaya dan Desa Talagajaya, Kecamatan Pakisjaya di Kabupaten Karawang, Jawa Barat. Luas wilayah situs Batujaya sendiri sekitar 5 kilometer persegi. Tidak heran, jika banyak candi-candi di Situs Batujaya ini menjadi tempat untuk mengenang sejarah di Karawang tersebut.

Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, Situs Baturaja merupakan situs yang berisikan candi-candi peninggalan sejarah jaman Kerajaan Tarumanegara. Ada banyak candi-candi di komplek Situs Batujaya ini, salah satunya adalah Candi Jiwa.

Candi Jiwa Karawang
Foto: http://anekatempatwisata.com/

Candi Jiwa merupakan sebuah situs berupa gundukan tanah yang menyerupai bukit kecil. Oleh penduduk sekitar, bukit kecil ini dikenal dengan sebutan unur jiwa. Terletak di tengah persawahan milik penduduk, Candi Jiwa ini memiliki luas sekitar 500 meter persegi. Kondisinya sebelum dilakukan pemugaran memang lebih baik dibanding dengan candi-candi yang ada di sekitarnya. Bahkan, dapat dikatakan bahwa Candi Jiwa ini memiliki kondisi yang sangat baik, dengan area candi yang sudah diperbarui dan masih terawat dengan baik.

Candi Blandongan Karawang
Foto: https://www.tripzilla.id/

Berbeda dengan Candi Blandongan, candi yang berada dibawah permukaan lahan persawahan ini dulunya ditutupi oleh tanaman pisang dan tanaman liar lainnya. Permukaan candi yang berada di bawah lahan persawahan yang subur, membuat dulunya candi tersebut sulit untuk diidentifikasi. Bahkan, untuk memugar peninggalan pada masa kerajaan di Karawang tersebut, dibutuhkan banyak peneliti dan pompa air yang pada akhirnya dapat memunculkan candi tersebut.

Secara keseluruhan, di situs Baturaja tersebut terdapat 11 candi yang semuanya menghadap kea rah yang sama, yaitu kea rah 50 derajat dari arah Utara. Hal ini semakin memperdalam penelitian yang dilakukan oleh para ahli untuk memastikan semua candi di area Situs Baturaja tersebut memiliki keterkaitan dengan sejarah pada masa lampau.

Situs Cibuaya

Situs Cibuaya Karawang
Foto: https://ruanghadialbulaqi.blogspot.com/

Satu lagi situs yang juga merupakan peninggalan penting sejarah Karawang pada masa lampau. Situs Cibuaya yang menyimpan banyak peninggalan-peninggalan dalam berbagai bentuk. Disitus ini, banyak peninggalan-peninggalan pada masa kerajaan di Karawang yang berupa komplek bangunan. Banyak hal yang ditemukan di kawasan situs ini yang diperkirakan berasal dari percandian Hindu pada masa lalu.

Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, situs sejarah yang ada di kawasan Karawang ini diperkirakan berasal dari percandian Hindu pada masa lalu. Hal ini terlihat dari beberapa penemuan yang seakan menegaskan bahwa peninggalan-peninggalan tersebut berasal dari kebudayaan Hindu. Terdapat arca Wisnu dan Lingga di komplek situs tersebut.

Lemah Duhur Lanang Karawang
Lemah Duhur Lanang Karawang | Foto : www(dot)disparbud(dot)jabarprov(dot)go(dot)id

Arca Wisnu dan Lingga ini ditemukan oleh masyarakat setempat di kawasan yang mereka sebut dengan Lemar Duhur Lanang. Lemah Duhur Lanang ini oleh masyarakat dianggap angker dan memiliki kekuatan magis. Dalam bahasa Indonesia, Lemah Duhur ini berarti tanah tinggi. Karena memang, saat ditemukan arca-arca peninggalan sejarah ini ditemukan dalam gundukan tanah yang cukup tinggi.

Selain arca Wisnu dan Lingga, ada juga peninggalan sejarah berupa runtuhan bangunan yang diyakini sebagai runtuhan dari bangunan suci dan pemukiamn warga masa itu. Ada juga bangunan candi yang menjadi objek wisata sejarah yang banyak dikunjungi oleh masyarakat hingga saat ini. Yang menarik dari sisa-sisa candi di Situs Cibuaya ini adalah candi di Lemah Duhur Lanang.

Candi di area ini berupa bangunan yang terbuat dari tumpukan batu bata merah berukuran 9 X 9,6 hampir menyerupai bujursangkar. Untuk merekatkan batu bata pada bangunan tersebut, terdapat campuran kerikil dan batu kali yang menjadi pondasi dari bangunan tersebut. Di atas bangunan tersebut, terdapat sebuah lingga yang memiliki tinggi 111 centimeter dan berdiamater 40 centimeter.

Masjid Agung Karawang

Masjid Agung Karawang
Foto: https://mauzafiq.com/

Sebagai masjid agung yang kini banyak dikunjungi, Masjid Agung Karawang Jawa Barat ternyata memiliki catatan sejarah yang cukup panjang. Masjid agung ini awal mulanya merupakan sebuah pondok tempat mempelajari ilmu agama Islam di Karawang. Ketika itu, Syekh Hasanudin atau yang dikenal dengan sebutan Syekh Quro meminta izin untuk mendirikan bangunan tempat memperdalam agama Islam bersama muridnya, Nyi Subang Larang. Nyi Subang Larang sendiri meerupakan anak dari Ki Gedeng Tapa yang merupakan seorang kepala di wilayah Cirebon.

Syekh Quro yang dititipkan Nyi Subang Larang dari kecil oleh Ki Gedeng Tapa awalnya membawanya ke wilayah Malaka untuk menyebarkan agama Islam. Sekembalianya ke wilayah Pulau Jawa, Syekh Quro kemudian membuat sebuah tempat untuk memperdalam agama Islam bersama Nyi Subang Larang di kawasan Bunut Kertayasa atau yang saat ini dikenal sebagai wilayah Kampung Bunut Karawang. Tempat memperdalam agama Islam inilah yang kemudian dikenal sebagai Masjid Agung Karawang.

Bendungan Walahar atau Bendungan Parisdo

Bendungan Walahar Karawang
Foto: https://tempatwisataunik.com/

Bendungan yang dibangun pada masa penjajahan Belanda ini memiliki fungsi yang cukup penting bagi pengairan di daerah Karawang. Dibangun sekitar tahun 1925, bendungan ini difungsikan untuk mengatur pengairan sawah-sawah di Karawang yang pada saat itu memang tengah digalakkan. Tidak hanya itu, bendungan ini juga dibangun untuk menahan banjir di wilayah utara Kabupaten Karawang. Bahkan, menurut Pemda Karawang, Bendungan Walahar ini juga berfungsi untuk mengairi tanah persawahan di wilayah Subang.

Hingga saat ini, bendungan yang berlokasi di Desa Walahar Kecamatan Ciampel tetap berjalan dengan baik. Bahkan, dimusim hujan bendungan yang menopang derasnya air yang berasal dari Sungai Citarum tersebut masih sangat kokoh menghalau air yang bisa saja membenamkan Karawang.

Monumen Rawa Gede

Monumen Rawa Gede Karawang
Foto: https://rudinazar.com/

Peninggalan sejarah Karawang lainnya adalah Monumen Rawa Gede. Monument Rawa Gede merupakan monument yang dibangun untuk mengenang peristiwa pembantaian warga sipil Karawang pada masa penjajahan Belanda. Pada tahun 1947, sekitar 431 warga sipil dibantai oleh tentara Belanda yang ingin menduduki kawasan di Indonesia tersebut.

Monument yang terletak di Desa Balongsari Kecamatan Rawamerta Kabupaten Karawang tersebut menjadi saksi kunci dimana penduduk sipil Indonesia waktu itu dibantai dengan cara dikumpulkan dilapangan terus ditembaki hingga tewas. Pada peristiwa tersebut, tentara Belanda mencari Kapten Lukas Kustario yang merupakan seorang komandan kompi Siliwangi yang berhasil menyerang dan menghancurkan pos-pos militer Belanda saat itu.

Dipimpin oleh seorang Mayor, tentara Belanda kemudian melakukan pengepungan dan menggeledah seluruh Desa Rawagede. Rumah-rumah penduduk kemudian diobrak-abrik sebagai upaya untuk mencari Lukas Kustario tersebut. Akhirnya, mayor tersebut pun mengumpulkan seluruh laki-laki di desa tersebut di sebuah lapangan luas, termasuk anak kecil yang kemudian menembakinya secara acak. Inilah yang menjadi momentum paling mengerikan yang dialami masyarakat Karawang pada masa penjajahan Belanda tersebut, sehingga dikemudian hari dibuatlah Monumen Rawagede sebagai pengingat akan masa penjajahan waktu dulu.

Rumah Soekarno – Hatta

Rumah Penyekapan Soekarno-Hatta Rengasdengklok
Foto: http://kc-indonesia.blogspot.com/

Bagi kalangan sejarawan, Rengasdengklok tentu sudah tidak asing lagi ditelinga. Rengasdengklok menjadi saksi penyekapan Soekarno dan Hatta oleh sekelompok pemuda yang ingin menyegerakan proklamasi kemerdekaan Indonesia ketika itu. Tempat penyekapan Soekarno dan Hatta ini merupakan sebuah rumah milik Djiaw Kie Siong yang berada di Kecamatan Rengadengklok Kabupaten Karawang, Jawa Barat.

Rumah sederhana ini merupakan rumah sederhana dengan luas sekitar 12 X 12 meter dan terdapat dua kamar tidur dan satu ruang pertemuan. Dua kamar tidur ini dimaksudkan untuk ditempati oleh Soekarno dan Hatta yang kala itu dipaksa oleh sekelompok pemuda untuk menandatangi naskah Proklamasi yang dideklarasikan pada tanggal 17 Agustus 1945.

Beberapa peninggalan sejarah Karawang di atas hingga saat ini masih terpelihara dengan baik. Bahkan, beberapa di antaranya terus dilakukan pemugaran agar setiap peninggalan tersebut masih terjaga dan bisa dinikmati oleh anak cucu di masa depan. Peninggalan-peninggalan sejarah dari masa ke masa di Karawang sendiri masih sangat banyak. Dan tentu saja, sudah menjadi tugas bersama untuk menjaga dan melestarikannya.

Baca juga : Tempat Wisata di Bandung Timur dari yang Alami Sampai Modern

You might like

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *