Sampurasun bagi masyarakat Sunda merupakan ucapan salam yang sudah lumrah diucapkan. Bahkan, dalam setiap kesempatan, seperti dalam pidato, ceramah, atau berbagai acara lainnya, kata Sampurasun tidak pernah absen diucapkan oleh tokoh-tokoh Sunda. Mulai dari Gubernur Jawa Barat, Walikota di Jawa Barat, hingga tokoh penting dalam masyarakat Sunda pun sering melontarkan kata salam dengan Sampurasun.
Sampurasun pada dasarnya bukan hanya sekadar kata sapaan yang biasa menjadi pembuka dalam setiap pidato atau dalam setiap sambutan. Kata Sampurasun memiliki makna lebih dari itu yang tentunya menjunjung tinggi keadiluhungan adat Sunda. Seperti yang sudah banyak diketahui, adat Sunda ini mewarisi pandangan hidup dari nenek moyangnya yang menjunjung tinggi kearifan lokal dan tidak bertentangan dengan ajaran agama, terutama agama Islam.
Untuk itulah, masyarakat Sunda selalu hidup dalam ruang lingkup yang sopan santun, halus, dan bertatakrama. Hal ini tercermin dalam etimologi adat Sunda yang dalam Bahasa Sansekerta kata Sunda berasal dari kata Sund atau Suddha yang artinya terang, bersinar, berkilau, dan putih. Sedangkan dalam Bahasa Jawa Kuno (Kawi) dan Bahasa Bali pun, kata Sunda diartikan dengan suci, bersih, tak bernoda atau tercela, air, pangkat, tumpukan, pangkat, waspada, murni. Hal inilah yang kemudian melahirkan karakter orang Sunda yang cageur yang artinya sehat, bageur yang artinya baik, singer yang artinya mawas diri, dan pinter yang berarti cerdas.
Lihat juga: Ling Shen Yao Bandung
Makna Sampurasun
Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya Sampurasun merupakan kata sapaan yang lumrah diutarakan oleh masyarakat Sunda pada umumnya. Sampurasun ini biasa dikemukakan dalam pidato atau sapaan saat bertemu sesama masyarakat Sunda, baik yang lebih muda maupun pada yang lebih dewasa.
Biasanya, sapaan Sampurasun ini disambut dengan jawaban berbunyi “Rampes”. Hal tersebut kemudian menjadikan kata sapaan Sampurasun dan Rampes tidak bisa terpisahkan lagi. Lalu, apa sebenarnya makna dari kata Sampurasun tersebut? Apakah hanya sekadar kata sapaan atau salam seperti kata lainnya?
Sampurasun merupakan satu adat atau kebiasaan yang diturunkan oleh nenek moyang suku Sunda yang hingga kini masih digunakan. Sampurasun sendiri ternyata tidak hanya berarti sapaan atau kalimat pembuka dalam sebuah pidato atau talkshow. Sampurasun memiliki arti yang cukup mendalam yang dibuat oleh nenek moyang Sunda dengan makna baik yang terkandung didalamnya.
Seperti yang sudah diketahui, dalam setiap tingkah laku dan pola pikir masyarakat Sunda, seluruhnya memiliki filosofis dan makna yang cukup mendalam. Begitu juga dengan kata sapaan Sampurasun yang ternyata terselip pesan dan semacam wasiat bagi anak cucunya. Bahkan, seringkali apa-apa terdapat dalam adat Sunda juga mengandung amanat yang baik untuk masyarakat Sunda sendiri maupun bagi khalayak umum.
Sampurasun diambil dari kata “sampura ning ingsun” yang artinya sempurnakan diri Anda. Hal ini tentu makna positif dari sapaan khas Sunda yang bisa menjadi pengingat akan kebaikan yang juga bisa bermanfaat bagi orang yang berasal dari suku lain.
Ada juga yang mengatakan bahwa Sampurasun ini berarti permohonan maaf. Dengan kata lain, bahwa pengucapan Sampurasun pada pembukaan pidato atau talkshow bisa menggantikan kalimat “Saya mohon dimaafkan” yang kemudian dijawab dengan kata Rampes yang memiliki arti “dimaafkan”.
Pengertian lain dari kata Sampurasun juga diungkapkan oleh seorang pemerhati budaya dan adat Sunda dari Institute Teknologi Bandung, LQ Hendrawan. Beliau menjelaskan dalam postingannya di akun Facebook bahwa Sampurasun memang merupakan ciri dari masyarakat Pa-Ra-Hyang (bukan Jawa Barat) yang khususnya pada masyarakat yang menempuh ajaran pikukuh Sunda.
Jika di paparkan, kata Sampurasun ini terdiri atas beberapa suku kata, yaitu; Sam, Pura, dan Sun. Sam berarti sami atau sama, Pura berarti keindahan, kesucian, atau, kedamaian. Sedangkan untuk Sun sendiri merupakan sebutan atau julukan pada putra-putri dari Bangsa Matahari (Bataraguru).
Dari penjelasan tersebut, LQ Hendrawan pun menyimpulkan beberapa makna, di antaranya adalah;
- Segala keindahan (semoga dilimpahkan) kepada seluruh putra dan putri Negeri Matahari.
- Segala kesucian (semoga diberikan) kepada semua putra dan putri Bangsa Matahari.
- Segala kedamaian (semoga menaungi) seluruh putra dan putri Bangsa Matahari.
LQ Hendrawan pun menambahkan dalam postingannya bahwa dalam adab dan tatakrama ajaran pikukuh Sunda, pengucapan kata Sampurasun biasanya disertai dengan merapatkan kedua telapak tangan.
Jika yang disapa adalah orang yang lebih tua maka cara untuk memberi hormatnya dilakukan dengan cara menghaturkan sikap sembah dengan merapatkan kedua telapak tangan di depan wajah sambil menundukkan kepala. Sedangkan tatakrama saat mengucapkan salam kepada yang masih muda atau lebih muda bisa dilakukan dengan cara merapatkan kedua telapak tangan didepan dagu sambil menunduk sebagai sikap saling menghargai.
Jawaban atas kata Sampurasun sendiri adalah Rampes yang biasanya disertai dengan ucapan “Mugia Rahayu Sagung Dumadi” yang artinya semoga selamat sejahtera semua.
Begitulah sekiranya penjelasan mengenai ajaran pikukuh Sunda yang disampaikan oleh LQ Hendrawan. Sampurasun yang merupakan kata sapaan dari leluhur kita tentu sudah seharusnya kita lestarikan dan jangan sampai dilupakan.
Pada akhirnya, memang tidak bisa dipungkiri jika kebudayaan, tatakrama, dan adat yang diturunkan dari leluhur kita, terutama Sunda sangatlah bermakna. Tidak ada salahnya kita sebagai generasi muda untuk terus melestarikan dan menjaganya dengan menghormati dan menghargai segala adat istiadat yang ada. Karena, bukan hanya sekadar bangga, adat istiadat Indonesia, khususnya adat Sunda sangatlah cantik, unik, dan khas, tidak seperti adat istiadat bangsa lain.
Baca juga: Jejak-jejak Peninggalan Sejarah Di Bandung Pada Masa Kolonial
Oooo..ngono tha..
sampurasun..
menurut pendapat saya pribadi,sampurasun berasal dari dalam bahasa sansakerta “samprasanna” yang berarti murni, tentram,damai,tenang,bahagia untuk menunjukan itikad baik. maka tepat kalau dijawab “rampes” yang berarti sempurna. menunjukan saling memuji,sesuai dengan silih asas,asih,asuh…
Ternyata Sampurasun adalah kata yang hebat, sempurnakan diri anda, smg keindahan, kesucian&kedamaian dilimpahkan kpd kita.
Terima kasih..
Masukan
Artikelnya terlalu banyak kata kosong makna dan berulang-ulang. Banyak paragraf yang dapat dibuang karena maknanya sudah ada di paragraf sebelumnya, sehingga tidak efisien bagi pembaca untuk mengambil kesimpulan. 🙂
Semangat menulis kembali..
makin pusing bacanya hahahaa
Budaya sunda kudu di munule ku urang sunda, lamun teu ku urang rek kusaha deui?. Rek digadekeun? Rek dijual?. Hayu tangtungekeun deui budaya lokal.