Stasiun Hall Bandung merupakan salah satu pusat transportasi di Bandung. Stasiun Bandung ini selalu ramai dan disinggahi banyak kereta dari berbagai kota. Stasiuan ini terletak di pusat kota dan membelah Bandung utara dan selatan. Pembangunan stasiun ini sudah mulai direncanakan sejak adanya pembukaan perkebunan di Bandung pada tahun 1870. Stasiun Hall mulai diresmikan pada tanggal 17 Mei 1884. Saat itu, Bandung dipimpin oleh Bupati Koesoemadilaga.
Menyusuri Jejak-jejak Sejarah Pendirian Stasiun Hall Bandung
Surat kabar Belanda waktu itu, Javabode mengabarkan bahwa peresmian stasiun berlangsung meriah sehingga rakyat merayakannya sampai dua hari berturut-turut. Adanya jalur transportasi dan dibukanya kebun, seperti teh, kopi, kina, dan karet, membuat pertumbuhan ekonomi di Bandung berlangsung dengan pesat. Salah satu penanda hal ini adalah tugu di depan peron selatan, yang sekarang diganti dengan monumen replika lokomotif uap TC 1008.
Stasiun Hall Bandung pada awalnya hanya membuka jalur kereta dari Bandung ke Batavia yang melewati Cianjur dan Bogor. Pada masa itu, para tuan tanah perkebunan di Bandung memakai kereta api untuk mengirimkan hasil perkebunan ke Batavia. Adanya kereta api membuat arus pengiriman hasil bumi menjadi lebih cepat.
Untuk mengakomodasi hal ini maka di sekitar Stasiun Bandung dibangun banyak gudang-gudang untuk menyimpan hasil perkebunan. Beberapa gedung yang didirikan waktu itu berada di Jalan Cibangkong, Kosambi, Jalan Cikudapateuh, Jalan Braga, Pasirkaliki, Kiaracondong, Ciroyom, dan Andir.
Stasiun Hall Bandung membuka jalur transportasi ke Surabaya pada tanggal 1 November 1894. Adanya tranportasi ini membuat pemilik perkebunan asal Jawa Tengah dan Jawa Timur bisa berkumpul di Bandung. Salah satu perkumpulan para pengusaha ini terjadi dalam Kongres Pengusaha Perkebunan yang pertama. Kongres ini terjadi setelah pertemuan pengurus besar perkumpulan pengusaha perkebunan gula pada tahun 1896 di Surabaya.
Stasiun Bandung diperluas pada tahun 1909 lewat jasa arsitek FJA Cousin. Renovasi dan pengembangan ini terlihat dari hiasan kaca patri pada peron selatan yang memiliki gaya art deco. Jalur tranportasi di Bandung meluas pada tahun 1918 dengan membuka rute ke Rancaekek-Jatinangor-Tanjungsari-Citali.
Jalur kereta bertambah degan mencapai wilayah Citeureup dan Majalaya. Kemudian dibangun juga jalur ke Banjaran dan Pengalengan pada tahun 1921. Jalur kereta api semakin bertembah setelah dibangun jalur ke Ciwidey lewat Kopo, juga pada tahun 1921. Jalur ini sudah banyak yang berubah dan tidak berfungsi lagi saat ini.
Itulah sejarah singkat tentang sejarah Stasiun Hall Bandung yang hingga saat ini telah berkembang dan mengalami perubahan.