Pakaian rajut sangat cocok digunakan di daerah-daerah berudara sejuk, seperti Bandung misalnya. Kebutuhan akan pakaian, sarung tangn, syal, topi dan sebagainya yang terbuat dari bahan rajut, menjadi salah satu alasan terbentuknya industri rajut Binong Jati.
Berkesempatan singgah di Bandung, tidak ada salahnya jika Anda berjalan-jalan ke sentra industri rajut Binong Jati. Namanya saja sudah sentra alias pusat, tentu yang dihasilkan adalah produk-produk rajutan. Terdapat ratusan tenaga kerja yang bertugas merajut benang-benang hingga membentuk pakaian jadi.
Lokasi industri rajut Binong Jati sendiri terletak di Jalan Gatot Subroto, Bandung. Tidak jauh dari pasar Binong jati, Anda akan menemukan gapura bertuliskan “Sentra Industri Rajutan Binong Jati”. Di sepanjang jalan masuk dari gapura tersebutlah kegiatan industry rajut berlangsung.
Sepintas, hanya tampak seperti pemukiman penduduk biasa. Tidak ada bangunan-bangunan raksasa sebagaimana lazimnya pabrik tempat berproduksi. Semua kegiatan produksi dilakukan di rumah-rumah warga (home industry). Sepanjang 5 kilometer, terdapat sekurang-kurangnya 400 home industry yang masih aktif.
Setiap rumah mempekerjakan puluhan tenaga kerja. Dari keseluruhan diketahui bahwa omset pakaian rajut dapat mencapai Rp.31.366 milyar per tahun dari 852.200 lusin pakaian rajut. Saking pesatnya, industry rajut ini menarik perhatian Presiden RI, Joko Widodo, mampir ke sini.
Sejarah Berdirinya Sentra Rajut Binong Jati
Pada awalnya, kegiatan merajut di daerah Binong Jati hanya dilakukan oleh sebagian kecil ibu-ibu yang tidak bermatapencaharian. Mereka merajut hanya untuk mengisi kekosongan waktu. Rata-rata melakukannya dengan cara konvensional atau rajutan tangan. Rupanya hasil rajutan mereka tidak mengecewakan. Ibu-ibu menawarkannya ke teman-teman dekat dalam skala kecil. Gayung bersambut, pesanan pun berdatangan.
Dengan adanya pesanan, bukan berarti usaha merajut ini langsung melejit. Bahkan, karena tidak memiliki modal lebih, pengrajin rajut baru dapat menyelesaikan pesanan apabila bahan-bahan bakunya disediakan oleh si pemesan. Jadi, si pemesan hanya tinggal membayar jasa saja merajut saja.
Melihat besarnya minat masyarakat terhadap pakaian rajut, maka seorang pengusaha Tionghoa mengajak pengrajin-pengrajin rajut di Binong Jati tersebut bekerjasama. Oleh pengusaha tersebut, disediakan sejumlah modal dan mesin rajut modern untuk mempercepat pekerjaan. Dengan adanya mesin rajut modern, kuantitas rajutan akan semakin banyak dan bisa dipasok ke pasar-pasar.
Dari situlah kemudian semakin banyak pengrajin-pengrajin rajut bermunculan di sepanjang Binong Jati. Sehingga mereka berinisiatif menjadikan perkampungan sebagai sentra rajut dan terus berkembang sampai detik ini.
Nah, keberhasilan pengrajin rajut di industri rajut Binong Jati ini patut kita tiru. Maka, sekali waktu sambil jalan-jalan, lihatlah keuletan mereka bekerja. Semoga Anda terispirasi memulai bisnis yang sama.