Mengenal Permainan Anak Tradisional Bersama Komunitas Hong Bandung

6 Likes Comment
Komunitas Hong Bandung

Komunitas Hong Bandung adalah salah satu komunitas di Bandung yang fokus pada masalah permainan anak tradisional sebagai warisan budaya. Pendirian komunitas ini berawal dari keprihatinan pendirinya akibat makin pudarnya permainan anak tempo dulu. Salah satu penyebab kepudarannya adalah maraknya permainan-permainan modern yang sifatnya lebih individualistik.

Mengenal Permainan Anak Tradisional Bersama Komunitas Hong Bandung

Sejarah Singkat

Tahun 2003 adalah cikal bakal berdirinya komunitas Hong Bandung. Pendiriannya pun tidak terjadi begitu saja atau hanya didasarkan atas keprihatinan seperti yang telah diulas di atas. Namun, jauh sebelum itu, penelitian yang teramat panjang terhadap permainan tradisional, telah dilakukan sejak tahun 1996. Berdasarkan penelitian tersebutlah tersibak segala sesuatu yang berkaitan dengan permainan anak, seperti nilai, falsafah hingga keuntungan permainan tersebut terhadap psikomotorik anak.

Atas pengetahuan tersebut, pendiri kemudian memiliki tekad yang kuat untuk melestarikan beragam bentuk permainan anak melalui sebuah komunitas. Bentuk kongkret dari pelestariannya adalah pendokumentasian dan rekonstruksi semua jenis permainan anak.

Pendokumentasian berarti juga pendataan beragam jenis permainan anak beserta cara dan peralatan yang digunakannya. Mengenai peralatan tentunya tidak hanya peralatan yang terlihat secara fisik, tetapi juga bentuk lisan seperti nyanyian, kode-kode dan sebagainya. begitu  pun dengan cara yang berkaitan dengan bagaimana satu permainan dimainkan.

Nilai-nilai dalam Permainan Anak

Permainan anak tradisional umumnya memiliki banyak nilai. Satu nilai yang paling terlihat adalah “team work” atau mengajarkan anak untuk bekerja sama, sebab setiap jenis permainan umumnya dimainkan secara berkelompok.

Selain teamwork, permainan anak pun mengajarkan anak untuk bertanggung jawab terhadap status dan perannya. Satu contoh yang paling umum adalah permainan kucing-kucingan (ucing-ucingan) dengan ragam bentuknya. Seperti ucing meungpeun (petak umpat), ucing bagong (siapa yang tertangkap ia yang jadi kucing), ucing kup (hampir sama dengan ucing bagong, namun siapa yang dikejar dia berhak menyebut kata “kup” dan diam untuk menghindari pengaruh kucing.

Dengan kata lain saat pemain menyebut kup, ia tak akan menjadi kucing sekali pun tertangkap. Pemain akan kembali ikut bermain saat teman-temannya menyentuh sebagai simbol penyembuhan dari keadaan “freez”. Ucing Jibeh atau beunang hiji beunang kabeh (kena satu kena semua), pada dasarnya sama seperti ucing bagong, hanya setiap pemain yang tertangkap atau tersentuh akan berubah menjadi kucing. Dengan demikian, permainan akan berakhir saat semua pemain menjadi kucing.

Nilai yang bisa didapat dari permainan ucing-ucingan di atas adalah semua pemain akan harus menempatkan diri sesuai dengan perannya sekaligus mengajarkan anak untuk bertanggung jawab terhadap permainan statusnya, tanpa sedikit pun kecurangan.

Itulah sekilas pembahasan mengenai Komunitas Hong Bandung, semoga bermanfat.

You might like

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *