Mengunjungi PLTA Bengkok, PLTA Tertua di Kota Bandung

4 Likes Comment
PLTA Bengkok

PLTA Bengkok bisa dikatakan sebagai pembangkit listrik tertua di Kota Bandung. PLTA ini didirikan tahun 1923 oleh pemerintah kolonial Belanda yang memanfaatkan aliran sungai Cikapundung sebagai pembangkit listrik. Sekali pun tua, PLTA ini masih terawat dan berfungsi dengan baik. Sebagai fasilitas negara yang memiliki fungsi vital, PLTA ini berada di wilayah kerja Unit Pembangkitan Saguling yang juga bagian dari manajemen PT Indonesia Power.

Di awal pendiriannya, pemerintah Belanda memberi nama PLTA dengan sebutan Centrale Bengkok. Namaini pun masih digunakan di area yang memiliki luas kurang lebih 5 Ha ini. Sebagai PLTA tertua dan masih berfungsi dengan baik, PLTA Bengkok telah masuk dalam salah satu bangunan bersejarah yang dilindungi.

Demikian juga fungsinya saat ini yang bertambah menjadi salah satu destinasi wisata. Baik untuk wisatawan lokal yang lebih merujuk pada wisata sejarah, atau kunjungan dari para pelajar yang lebih melihat aspek sejarah dan edukasi.

Sebagai PLTA tertua, Bengkok tentu saja memiliki jasa yang sangat besar bagi keberlangsungan dan perkembangan kota Bandung. Bagaimana pun, Bengkok ini merupakan PLTA pertama yang memasok listrik di Kota Bandung. Layanan pertamanya adalah wlayah Dago, kawasan ITB, Kawasan Asia Afrika, Kawasan Setia Budhi, Kawasan Ledeng hingga ke Lembang.

Memang,cakupan yang cukup luas untuk pembangkit listrik berkapasitas 3×2 megawatt. Namun, hal tersebut wajar mengingat pasokan listrik di masa tersebut hanya mencakup gedung-gedung besar dan rumah dari petinggi atau menner-meneer Belanda.

Pengolahan Listrik

Turbin yang digerakkan oleh air adalah sumber utama dari pembangkit listrik di Bengkok. Setidaknya ada 3 buah generator yang dimiliki PLTA ini. Sebelum mampu menggerakkan turbin dan generator, air ditampung dulu di kawasan Bantar Awi, Lembang. Tujuannya adalah untuk mengendapkan lumpur. Setelah ditampung, air dialirkan sejauh kurang lebih 4 KM melalui Tahura Juanda (Pakar).

Dari Tahura, air kembali diendapkan di dalam kolam-kolam pengendap, lalu disalurkanpada pipa-pipa besi berdiameter 1,3m. kolam atau tandon yang memiliki kedalaman 3 m tersebut, mampu menampung 30 ribu meter kubik air.

Kapasitas dan volume air yang besar inilah yang kemudian diolah pemerintah Belanda sebagai tenaga listrik melalui generator pembangkit yang dimilikinya.

Bukan hanya itu, air olahan yang digunakan sebagai energi pembangkit PLTA Bengkok, tidak dibuang begitu saja. Sebab air di sini pun memiliki fungsi yang kalah vital sebagai pemenuhan air bersih bagi warga Bandung. Kelak, air sisa  produksi ini dikelola oleh PDAM Bandung.

You might like

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *