Konsep tempat makan anak muda Bandung, mungkin akan sedikit berbeda dengan konsep tempat makan untuk wisatawan atau para pemuda pendatang yang tinggal di kota Bandung. Jika para wisatawan umumnya memilih tempat makan yang strategis dalam artian dekat dengan pusat kegiatan wisata, berbeda halnya dengan pemuda Bandung yang lebih memilih tempat-tempat yang enak untuk berkumpul.
Sekali pun dalam kenyataannya, tak bisa dipungkiri bahwa pemilihan tempat makan dan berkumpul tersebut sangat bergantung pada kelas ekonomi. Artinya, setiap golongan pemuda mungkin akan menyesuaikan tempat makan dan berkumpul tersebut dengan kemampuan ekonominya.
Inilah Konsep Tempat Makan Anak Muda Bandung
Berkaitan dengan fenomena “Gaul” yang konotasinya lebih merujuk pada istilah modern, cafe mungkin menjadi salah satu tempat favorit di kalangan anak muda Bandung. dalam tataran ini, cafe bukan hanya digunakan sebagai tempat makan, tetapi juga sebagai wadah berkumpul dan eksistensi kegaulannya.
Hal ini kiranya wajar di mana kita seringkali menemukan pernyataan yang sifatnya cibiran dengan istilah “tak gaul”. Istilah yang biasanya merujuk pada ketidaktahuan seseorang (pemuda) pada tempat atau cafe tertentu. Ketidaktahuan tersebut bisa diartikan tidak tahu alamat atau tempatnya, tidak pernah memasuki tempat yang dimaksud atau memang tidak ingin memasuki tempat makan anak muda Bandung yang memang selalu merujuk pada konsep mahal.
Golongan pemuda seperti ini, umumnya mereka yang memang berada dalam golongan ekonomi menengah ke bawah. Meski pun tak semuanya memiliki pemikiran yang sama atau tak bisa digeneralisir. Pemuda yang masuk pada kategori ini, umumnya memilih tempat-tempat yang nyaman untuk makan dan berkumpul sekaligus bisa berekreasi tanpa harus mengeluarkan biaya tinggi.
Alternatif dari tempat-tempat yang dipilihnya adalah tempat makan yang berada di ketinggian, berkonsep warung yang secara kesan akan ditanggapi sebagai kesederhanaan. Padahal, jika dilihat dari harga, makanan biasa atau sederhana yang dijajakan di tempat seperti ini, umumnya memiliki harga yang jauh lebih tinggi dari harga umum. Semisal, mie rebus atau segelas kopi yang dihargai dua kali lipat dari harga pasaran atau bisa jadi lebih.
Dari uraian di atas, sekiranya bisa dipahami bahwa tampilan dari tempat makan jelas mempengaruhi kesan. Dengan kata lain tampilan sederhana dan seadanya akan selalu dikaitkan dengan harga murah, begitu pun sebaliknya. Meski pun dalam kenyataannya, kesan atau tanggapan tersebut tak selamanya benar. Terlepas dari hal tersebut, seperti itulah kiranya konsep tempat makan anak muda Bandung yang kerap menjadi tujuan untuk makan sambil berkumpul.