Jalan Asia-Afrika Bandung, tentunya sudah tak asing lagi baik bagi penduduk Bandung mau pun penduduk luar Bandung. Seperti namanya, sekilas saja seseorang pasti tahu jika jalan ini berkaitan erat dengan Konfrensi Asia Afrika (KAA) yang pertama. Dan Bandung adalah kota yang mencatatkan sejarah atas terbuka dan keberlangsungan hubungan negara-negara di Asia-Afrika hingga saat ini. Singkatnya, penamaan jalan ini bisa dikatakan berkaitan erat denganaspek histori yang terjadi di tempat ini.
Hal itu sangat benar, namun jika ditarik jauh ke belakang, Jalan Asia-Afrika Bandung ternyata menyimpan sejarah panjang yang berhubungan langsung dengan kota Bandung. Bisa dikatakan, bahwa jalan ini adalah urat nadi dari embrio Bandung sebelum menjadi kota metropolitan seperti saat ini. seperti apa sejarahnya? Mari kita simak ulasan berikut.
Grootepostweg
Grootepostweg, bahasa Belanda terdiri dari tiga kata yaitu groote yang berarti great atau besar, post yang berarti pos dan weg yang berarti jalan. Berdasarkan makna dari kata-kata tersebut, grootepostweg bisa diartikan sebagai jalur pos besar atau jalur pos utama. Penamaan dan pengertian jalan tersebut bukanlah tanpa alasan, sebab jalan ini membentang sejauh 1.000 KM dari Anyer menuju Panarukan. Tujuannya tentu saja untuk menghubungkan jalur pos antar kota yang dilintasi jalan ini.
Sebagaimana diketahui, bahwa arus informasi di masa itu lebih banyak menggunakan surat atau pos. Karena arus informasi lebih berkaitan juga dengan strategi pertahanan dan keamanan. Maka pembangunan jalan ini berkaitan juga dengan penguatan pertahanan dan keamanan militer Belanda di masa tersebut.
Grootepostweg yang dibangun di era Gubernur Jendral Herman Willem Daendles ini, ternyata berpengaruh besar bagi perkembangan Bandung. Berdasarkan banyak literatur, pemindahan kota Bandung yang dulu berada di wilayah Dayeuh kolot, terjadi bersamaan dengan pembuatan jalan ini.
Meski pun banyak kisah di balik pemindahan tersebut, namun satu alasan yang kiranya tepat adalah alasan strategis. Mengingat Dayeuh Kolot saat itu berada belasan kilo meter dari jalan ini. Dengan kata lain, Dayeuh Kolot sebagai kota Bandung di masa lalu dinyatakan kurang strategis karena memiliki akses yang buruk. Dengan akses seperti itu, pembangunan kota tak akan berjalan secara baik.
Salah satu bukti yang berkaitan dengan pemindahan kota tersebut adalah ditetapkannya titik nol kota Bandung di jalan ini. Titik nol sendiri selalu dikaitkan dengan pusat atau awal mula perkembangan kota di mana pun.
Pembangunan jalan ini memang sempat terhenti setelah Belanda menyerah pada Inggris. Namun demikian, tak perlu disangkal jika Bandung dan kota lainnya mendapatkan keuntungan yang besar atas dibangunya jalur grootepostweg ini.
Salah satu keuntungan terbesar bagi Bandung adalah, pembangunan Bandung kemudian dipusatkan di jalan yang kini menjadi Jalan Asia-Afrika Bandung ini. Sebagai informasi terakhir, wilayah utama pembangunan kota Bandung ini dikenal sebagai wilayah Alun-Alun.