Agritektur Bandung, bisa dikatakan sebagai salah satu komunitas yang fokus pada ketahanan pangan. Tujuannya adalah membangkitkan kembali ketahanan pangan lokal. Komuitas ini, bukan hanya unik namun juga kreatif, sebab mengedukasi masyarakat tentang pangan melalui pola pikir yang modern.
Yuk Simak Informasi Mengenai Kemandirian Pangan Bersama Agritektur Bandung
Moto
Thing Globally, Eat Locally adalah moto utama yang dipegang oleh komunitas ini. Berpikir secara global adalah kewajiban, sebab manusia pada dasarnya tak akan lepas dari perubahan baik teknologi, lingkungan mau pun kebudayaan. Sedangkan eat locally adalah memberdayakan segala sesuatu yang dihasilkan di tingkat lokal sebagai upaya untuk menghasilkan ketahanan pangan. Ketahanan pangan yang dimaksud, tidak hanya ketersediaan bahan-bahan makanan baik di perkebunan atau di pasaran, tetapi juga berkaitan dengan pola konsumsi.
Pola konsumsi ini sangat penting dalam ketahanan pangan, maksudnya agar masyarakat tidak terlalu menggantungkan diri pada makanan pokok semisal nasi. Sebab nasi pada dasarnya lebih menekankan pada kebutuhan karbohidrat. Sementara karbohidrat, bisa diganti dengan jenis makanan lain semisal umbi-umbian atau kacang-kacangan.
Seperti diketahui, bahwa di masa lalu masyarakat Indonesia, khususnya Bandung masih bisa hidup tanpa keberadaan nasi sebagai makanan pokok. Sebab, masyarakat Indonesia umumnya bisa mendapatkan makanan lain dari hasil kebun atau langsung dari alam. Namun, bukan itu poin utamanya, yang lebih utama adalah keragaman nutrisi yang akhir-akhir ini berkurang. Berkurang dalam artian harus didatangkan dari daerah atau wilayah lain.
Kegiatan
Telah banyak kegiatan yang dilakukan oleh komunitas Agritektur Bandung. Hampir semua kegiatannya dilakukan secara kreatif dan mengajak ketelibatan keluarga. Sebut saja kegiatan PATABON yang berarti Pak Tani Ajak Ngebon. Dilakukan setiap minggu pagi mulai pukul 08.00 – 11.00 WIB di Prappa Cisangkuy dan Taman Lansia. Meski kegiatan ini adalah kegiatan berbayar yang bisa diikuti oleh siapa saja, namun bayaran tersebut sebenarnya dikembalikan dalam bentuk peralatan. Semisal pot bunga berisi tanaman kebun yang telah dihias dan dilukis oleh anak.
Bukan hanya itu, beberapa kali juga komunitas ini melakukan aksi sosial seperti membagi-bagikan hasil kebun lokal berupa sayuran dan penggalangan dana untuk Yayasan Kanker Anak Bandung (YAKB) dan aksi sosial lainnya.
Untuk mengetahui seperti apa kegiatannya, bisa dilihat langsung melalui media sosial terutama Facebook. Sebab di media inilah, Agritektur Bandung menginformasikan dan menyosialisasikan kegiatannya. Atau bisa juga mendatangi Prappa di jalan Cisangkuy.