Di Bandung terdapat kelompok Simpay Wargi yang bergelut dengan kerajinan bamboo. Suku Sunda lekat dengan tanaman bernama bambu. Tanaman ini dimanfaatkan dalam berbagai keperluan, bahan bangunan, peralatan rumah tangga, alat permainan, alat musik, sampai makanan. Kelompok Usaha Simpay Wargi, merupakan salah satu yang memanfaatkan bambu untuk dijadikan karya yang menjual.
Membuat Kerajinan Bambu Sambil Berwirausaha di Kelompok Simpay Wargi
Simpay Wargi merupakan kelompok usaha yang terdiri dari sekitar 125 pengrajin. Kelompok ini berada di Dusun Kawungluwuk, Desa Linggajaya, Kecamatan Cisitu, Sumedang. Kelompok yang berada di bawah naungan Yayasan Saung Kadeudeuh Jabar ini baru berdiri pada tahun 2003. Walau begitu, karya dari kelompok ini sudah tersebar dan membuka lapangan kerja yang lumatan.
Wilayah Jawa Barata memang memiliki tanaman bambu yang melimpah. Kawungluwuk misalnya, banyak ditumbuhi oleh bambu sehingga memudahkan Simpay Wargi untuk memperoleh bahannya. Bambu memang menjadi bahan dasar kelompok ini untuk membuat suatu karya. Salah satu karya awal yang dibuat oleh Kelompok Simpay Wargi adalah kere, tirai bambu gaya sunda. Kebanyakan kere memang dibuat di Sumedang. Karena itu, selain tersedia bahan baku yang melimpah, Sumedang juga tidak kekurangan pengrajin yang ahli membuat karya dari bambu.
Selain kere, kelompok Simpay Wargi juga mengembangkan berbagia karya lain, termasuk anyam-anyaman. Selain bambu, banyak barang kerajinan dari kelompok ini memakai bahan baku alami lain seperti lidi. Beberapa produk dari bambu lain yang dibuat oleh Simpay Wargi adalah peralatan rumah tangga berbentuk wadah, yang juga sudah dipakai di rumah sakit dan berbagai kantor. Produk dari Simpay Wargi banyak disalurkan ke berbagai kota, seperti Cirebon, Bandung, sampai Bali. Simpay Wargi bekerja sama dengan pengrajin dari Tasikmalaya untuk memasarkan barang karya mereka.
Simpay Wargi membagi usaha mereka ke dalam dua kelompok pengrajin. Pengrajin kere berjumlah sekitar 80 orang sedangkan pengrajin anyam-anyaman berjumlah sekitar 45 orang. Anggota kelompok anyaman banyak terdiri dari pemuda karang taruna dan lansia. Kegiatan ini tentu berdampak positif karena menciptakan lapangan kerja. Pemuda yang biasanya nongkrong dan menganggur bisa bekarya dan berpenghasilan.
Kegigihan kelompok Simpay Wargi untuk berdaya dan mandiri ternyata mengundang perhatian pemerintah daerah. Banyak produsen barang lain bekerja sama untuk menciptakan karya tertentu. Walau begitu, kelompok ini masih merasa kurang dari segi pemasaran. Jika perhatian pemerintah dan kelompok produsen lain berjalan lancar, maka barang karya pengrajin Simpay Wargi bisa dinikmati warga lebih luas.