Dewasa ini, banyak dari masyarakat Sunda yang enggan menggunakan adat Sunda dalam upacara pernikahan. Sepertinya, sekarang adat tersebut sudah dianggap terlalu kuno dan terlalu membuang waktu dan tenaga sehingga pernikahan modern dianggap lebih memudahkan para pengantin pada masa sekarang ini.
Pernikahan dengan menggunakan adat Sunda memang memiliki rangkaian acara dan proses yang panjang. Namun, tentu saja seluruh rangkaian acara dan prosesi tersebut merupakan bagian dari simbol adat serta kosmologi Sunda yang seyogianya masih harus dipertahankan hingga saat ini. Beberapa proses yang harus dilakukan dalam upacara pernikahan dengan menggunakan adat Sunda dilakukan untuk memberikan keberkahan kepada kedua mempelai yang melakukan pernikahan. Lantas, apa saja sih filosofi di balik seluruh rangkaian adat pernikahan Sunda ini? Berikut ini penjelasannya.
Neundeun Omong
Neundeun Omong adalah tahap prosesi yang di dalamya pihak orang tua mempelai membuka pembicaraan untuk mempersunting perempuan yang dicintai oleh pihak calon mempelai pria. Dalam rangkaian acara yang satu ini, kedua orang tua calon mempelai pria harus membicarakan maksud pernikahan tersebut dengan baik agar pihak perempuan mau menerimanya dengan baik dan tentu saja secara adat.
Kelahiran adat Sunda ada di: “Yuk Intip Mitos Seputar Kelahiran Berdasarkan Adat Sunda“
Lamaran
Anda pasti tahu rangkaian yang sampai saat ini masih dipertahankan, yakni rangkaian acara yang dilakukan dengan cara melamar pihak perempuan dan membawa beberapa bingkisan sebagai simbol pengikat agar calon mempelai perempuan tidak bisa berpindah ke lain hati dan tidak membukakan pintu hatinya bagi siapa pun lagi. Pada proses ini, pihak laki-laki biasanya membawa beberapa makanan, minuman, buah-buahan, dan baju yang diminta oleh pihak perempuan.
Tunangan
Tahapan selanjutnya adalah tunangan, yang dalam adat Sunda dilakukan dengan penyerahan ikat pinggang warna pelangi atau polos oleh pihak laki-laki kepada pihak perempuan untuk membuktikan bahwa sudah terjalin ikatan resmi antara pihak lelaki dengan pihak perempuan yang jika dilanggar tentu harus melakukan adat lain sebagai kompensasinya.
Seserahan
Foto: kartikacatering.com
Seserahan adalah rangkaian acara yang di dalamnya pihak mempelai laki-laki memberikan beberapa barang-barang berharga bagi kepentingan pernikahan dan kepentingan mempelai perempuan, seperti halnya peralatan mandi, peralatan tidur, pakaian, make up, dan semua benda yang berhubungan dengan penampilan serta kebutuhan fisik calon mempelai perempuan. Rangkaian acara yang satu ini dilakukan sebelum akad nikah dilakukan.
Budaya Sunda lainnya: “Mengenal Permainan Anak-anak Tradisional Sunda“
Ngeuyeuk Seuereuh
Foto: weddingmarket.com
Ngeuyeuk Seuereuh adalah rangkaian acara yang dilakukan sesudah melakukan seserahan dan dilakukan sebelum akad nikah. Aadat yang satu ini dilakukan dengan memberikan wejangan terhadap calon pengantin agar keduanya meminta restu kepada orang tua mereka dalam melakukan pernikahan dan memperoleh berkah serta doa sampai akhir hayat. Pada tahapan ini, terdapat beberapa simbol yang dilakukan untuk memenuhi doa dan berkah menurut adat Sunda seperti keprak sapu lidi, mayang jambe, dan buah pinang.
Prosesi Pernikahan
Foto: bridestory.com
Rangkaian acara utama adalah prosesi pernikahan yang dilakukan dengan penjemputan calon pengantin laki-laki oleh pihak perempuan (tanpa calon mempelai perempuan), dilanjut dengan sambutan kalung melati oleh ibu calon mempelai perempuan, akad nikah, dan sungkeman.
Wejangan
Wejangan ini diilakukan oleh pihak pengantin perempuan dan keluarganya kepada pihak pengantin laki-laki sebagai bukti penerimaan sekaligus pemberian nasihat dan pesan agar senantiasa memperlakukan pengantin perempuan dengan baik.
Artikel tentang budaya Sunda lainnya: “Obyek Wisata di Bandung Bernuansa Budaya dan Sejarah“
Saweran
Foto: tabloidnyata.com
Saweran ini dilakukan sambil menyanyikan pantun sawer. Rangkaian acara yang satu ini dianggap sebagai simbol keberkahan pengantin bagi seluruh keluarga dan tamu undangan yang hadir, serta penyatuan dan kebersamaan kedua pengantin dalam menghadapi berbagai rintangan dan hambatan dalam pernikahan nantinya.
Meuleum harupat, nincak endog, dan muka panto
Foto: hipwee.com
Rangkaian kegiatan selanjutnya ini dilakukan oleh pihak pengantin perempuan dan laki-laki silih berganti sebagai tanda bahwa pihak perempuan akan menjadi istri yang baik, setia, dan memberi pelayanan yang baik pula kepada suami. Begitu pun sebaliknya, pihak laki-laki akan memberikan perlindungan, kasih sayang, dan petunjuk kepada istri agar menjalani kehidupan rumah tangga dengan baik atau sakidah mawadah dan rahmah.
Beberapa simbol tersebut dilakukan untuk memberikan kebahagiaan, baik secara lahir maupun batin kepada semua pihak yang ada dalam acara adat pernikahan Sunda ini, terutama bagi kedua pengantin. Simbol-simbol adat Sunda tersebut disajikan dalam bentuk keindahan sekaligus pesan moral yang sangat penting bagi pengantin agar dapat menempuh pernikahan dengan bahagia dan langgeng.
Dalam kehidupan terdahulu, adat pernikahan ini bukan hanya sekadar rangkaian acara simbolik, namun sebagai proses yang sakral dalam hubungannya dengan Tuhan dan semesta sehingga semua yang hadir harus melakukan seluruh rangkaian acara adat ini dengan sungguh-sungguh agar pernikahan mereka mendapat berkah dari Sanghyang Widi.
Budaya Sunda yang kaya di: “Bingung dengan Arti Kata Sampurasun dalam Sunda? Berikut Penjelasannya!“