Menyebut kata “Bandung”, yang terlintas dalam pikiran anak muda adalah surganya distro dan clothing. Sebuah pikiran yang memang sulit dipungkiri, mengingat jumlah distro dan clothing di Bandung menjamur jumlahnya. Akan tetapi, tahukah kamu bagaimana sejarah distro dan clothing di Bandung bisa berkembang sangat pesat dibandingkan kota-kota lain? Jika kamu mengaku sebagai penyuka pakaian-pakaian distro, kamu mesti tahu asal-muasal distro itu sendiri.
Sebelum mengulas sejarah distro dan clothing lebih jauh, sebaiknya kita tahu dulu apa perbedaan antara distro dan clothing sesungguhnya. Selama ini, banyak yang salah kaprah antara distro dan clothing. Niat hati ingin kelihatan gaul, salah bicara justru bisa membuat kamu kelihatan kuper.
Distro tidak akan ada tanpa clothing. Clothing sendiri merupakan penyebutan atas suatu perushaan yang memproduksi pakaian jadi dengan labelnya sendiri. Clothing juga bisa berkembang dengan menciptakan produk-produk pendukung gaya anak muda, misalnya jam tangan, kacamata, sabuk, dompet, dan sebagainya dengan label yang sama.
Semua yang dihasilkan clothing harus bisa sampai ke tangan konsumen. Bagaimana caranya? Disinilah peran distro dimainkan. Distro merupakan singakatan dari distribution store. Dari kepanjangannya saja jelas bahwa distro merupakan penyalur. Yang disalurkannya adalah segala macam produk keluaran clothing.
Sejarah distro dan clothing di Bandung bermula dari kreativitas kawula muda di era pertengahan 90-an. Sebuah studio musik “Reverse” yang berlokasi di Jalan Sukasenang adalah pelopor laihirnya clothing dan distro itu sendiri. Meski judulnya adalah studio musik, namun Reverse juga menjual pernak-pernik impor, seperti poster, artwork, topi, dan sebagainya.
Usahanya berkembang pesat berkat antusias kawula muda yang begitu besar. Namun, di tahun 1998, usaha Reverse mengimpor pernak-pernik mengalami hambatan serius. Krisis moneter yang terjadi saat itu tidak memungkinkan Reverse menghadirkan barang-barang impor itu lagi karena dollar melambung tinggi.
Berangkat dari kondisi sulit tersebut, pendiri Reverse: Helvi, Marin, dan Dxxxt membuat gebrakan besar. Bersama-sama mereka mendirikan clothing sendiri yang diberi nama Airplane. Airplane memproduksi pernak-pernik kawula muda sebagaimana yang pernah diimpor Reverse dari luar negeri.
Hanya saja kali ini buatan lokal. Meski demikian peminat Airplane terus bertambah. Bisnis ini puan kian meroket dan menjadi cermin bagi kawula-kawula muda lainnya. Melihat kesuksesan Airplane, para kawula muda tertarik ingin membuat bisnis yang sama. Hingga pada akhirnya lahirlah beraneka nama clothing dan distro di Bandung.
Demikian ulasan singkat tentang sejarah distro dan clothing di kota Bandung. Setelah memahaminya dengan baik, kamu bukan hanya sekadar gaya, tapi juga berwawasan luas tentunya.