Berwisata sejatinya melakukan banyak kesenangan agar pikiran tetap dalam keadaan segar setelah banyaknya aktivitas. Namun untuk melakukan wisata tidak harus melulu ke tempat yang mengasyikkan dan menguras banyak uang. Wisata bisa dilakukan ke tempat yang penuh dengan budaya dan sejarah. Dalam hal ini liburan bisa dilakukan dengan wisata rohani di Bandung, tepatnya ke Masjid Raya Cipaganti.
Mendengar nama wisata rohani, bisa menjadi sarana kegiatan yang tentu saja bisa memberikan beberapa manfaat. Selain dengan menyegarkan pikiran, juga bisa memberikan manfaat kejiwaan yang sangat bagus. Berwisata ke masjid tentunya bisa memberikan manfaat tersebut.
Jalan Cipaganti/A. A. Wiranata Kusuma merupakan kawasan yang sering dilalui oleh banyak wisatawan, terlebih jika yang ingin menuju kawasan Bandung Utara. Di sana juga terdapat sebuah masjid yang terletak di pinggir jalan. Masjid di sana bukan sembarang masjid. Masjid Raya Cipaganti merupakan masjid yang penuh dengan sejarah.
Masjid tersebut merupakan saksi sejarah dari hadirnya bangsa Belanda di Indonesia. Masjid Raya Cipaganti sendiri merupakan salah satu dari kekhasan kota Bandung yang penuh dengan bangunan Heritage.
Masjid ini merupakan buah karya dari seorang arsitek Belanda, yakni Prof. Kemal C.P. Wolff Shoemaker. Shoemaker sendiri merupakan seorang arsitek yang sudah tidak asing lagi di Bandung. Telah banyak berdiri kokoh hasil karyanya, sebut saja hotel Grand Preanger, vila Isola, museum Konferensi Asia Afrika, dan masih banyak lagi.
Proses pembangunan Masjid Raya Cipaganti ini dilakukan pada 1933. Bahkan pembangunan masjid ini tergolong sangat singkat pada masa itu, yakni mendekati satu tahun saja (7 Februari 1933 sampai 27 Januari 1934). Dengan umurnya yang sudah 80 tahun lebih, masjid tersebut masih kokoh berdiri. Hanya saja masjid ini sudah mengalami banyak renovasi. Namun meskipun begitu, masjid ini tidak menghilangkan ciri khasnya sebagai bangunan berbudaya.
Ciri khas yang terlihat jelas adalah tampak pada atau bangunan yang menggunakan, atap tajug tumpang dua. Pemakaian atap tersebut memang sangat banyak digunakan untuk bangunan-bangunan di masa lampau. Bahkan atap tersebut memang sangat identik dengan unsur budaya Jawa.
Bagian interior juga tidak terlepas dari sentuhan masa klasik. Di ruang tengah untuk sholat terdapat empat tiang saka guru yang sangat kokoh. Tidak hanya itu, terdapat juga berbagai kaligrafi yang terpampang di bagian depan atas dekat mimbar. Uniknya lagi, bangunan masjid ini panjang ke samping, tidak ke belakang seperti pada umumnya masjid kebanyakan.
Untuk semakin menguatkan sejarah tersebut, terdapat tulisan dalam sebuah prasasti dengan bahasa Sunda yang masih asli. Prasasti tersebut bertuliskan:
“Pangemut-ngemut ngadegna Masjid Cipaganti. Ngawitan dipidamel dina ping 11 Syawal 1351 H/7 Februari 1933. Diistrenan dina pipng 11 Syawal 1352 H/27 Januari 1934.”
Melihat begitu banyaknya bangunan bersejarah di Bandung, termasuk dengan Masjid Raya Cipaganti ini, sudah seharusnya masyarakat Bandung berbangga. Hal ini bisa membuat banyak wisatawan untuk melakukan wisata rohani di Bandung. Selamat berlibur.