Indonesia sebagai negara kepulauan yang terdiri dari beragam suku dan budaya tentunya memiliki banyak sekali destinasi wisata yang layak dikunjungi. Bukan hanya menikmati wisata alam, wisata belanja atau kuliner suatu daerah, Indonesia pun memiliki aset besar untuk mengembangkan wisata edukasi. Misalnya saja dengan menilik kembali kekayaan suatu budaya lewat sejarahnya yang menjadi cerminan kekayaan bangsa itu sendiri.
Bicara soal mengenali sejarah dan budaya, salah satu media representasi terbaik untuk mempelajarinya tentu saja dengan mengunjungi museum. Di Jawa Barat contohnya, jika anda memiliki kesempatan berwisata di Kota Bandung, tidak ada salahnya untuk menyelipkan program edukasi berkunjung ke museum Sri Baduga. Untuk apa? Tentu saja sebagai upaya menambah wawasan dengan mengenal lebih jauh mengenai budaya Sunda serta fase perubahan dan perkembangannya.
Latar Belakang dan Lokasi Museum Sri Baduga
Museum Sri Baduga terletak di Jln. BKR (Lingkar Selatan) No. 185, Bandung, Jawa Barat. Persis di seberang Lapang Tegallega (arah selatan alun-alun), berdekatan dengan Monumen Bandung Lautan Api. Pembangunan fisik museum mulai dirintis sejak tahun 1974 dengan memanfaatkan lahan dan bangunan lama bekas Kawedanan Tegallega. Bentuknya mengacu pada rumah tradisional Jawa Barat, yaitu rumah panggung beratap panjang khas Jawa Barat yang dipadukan dengan arsitektur modern.
Wisata museum: “Berwisata Edukasi di Museum Geologi Bandung“
Awalnya museum Sri Baduga dinamakan Museum Negeri Propinsi Jawa Barat. Kemudian berganti nama menjadi “Sri Baduga” yang diambil dari gelar raja Sunda Sri Baduga Maharaja Ratu Haji Pakuan Padjajaran Sri Ratu Dewata yang bertahta di Pakuan Pajajaran sejak tahun 1482-1521 Masehi sebagaimana tertera dalam prasasti batu tulis (Bogor).
Koleksi Museum Sri Baduga
- Koleksi benda bersejarah dalam Museum Sri Baduga saat ini tercatat telah lebih dari enam ribu buah, baik yang dipamerkan maupun yang masih disimpan, dengan koleksi terbanyak berasal dari rumpun etnografika berupa benda warisan budaya daerah. Meskipun begitu, hanya benda koleksi yang memenuhi nilai sejarah lengkap mengenai tipe, asal dan bentuknya secara geografislah yang lantas dapat disimpan dalam museum Sri Baduga. Benda-benda koleksi tersebut dapat dikategorikan sebagai berikut:
Koleksi Geografika / Geologika, berisi koleksi yang berkaitan dengan bidang geologi seperti bebatuan, fosil, mineral, dan benda-benda alami hasil bentukan alam. - Koleksi Biologika, berisi koleksi benda yang berhubungan dengan objek penelitian dari disiplin ilmu Biologi seperti kerangka manusia, tumbuhan, dan hewan berupa fosil atau yang masih utuh.
- Koleksi Etnografika, berisi koleksi dari ilmu Antropologi berupa benda hasil budaya atau yang menggambarkan identitas etnis tertentu.
- Koleksi Arkeologika, berisi koleksi dari ilmu arkeologi seperti benda-benda peninggalan zaman purba hingga terpengaruh asing.
- Koleksi Historika, berisi koleksi bernilai sejarah yang siap dijadikan objek penelitian sejarah semisal peristiwa atau organisasi masyarakat tertentu.
- Koleksi Numismatika / Heraldika, berisi koleksi mata uang dan alat tukar sah sejak zaman prasejarah, termasuk lambang, cap, stempel, tanda jasa, dan pangkat resmi.
- Koleksi Filologika, berisi koleksi dari ilmu filologi yaitu mengenai naskah-naskah kuno hasil buatan tangan atau manuskrip.
- Koleksi Keramologika, berisi koleksi pecah belah terutama benda-benda keramik yang terbuat dari tanah liat bakar.
- Koleksi Seni rupa, berisi koleksi lukisan atau benda-benda artistik peninggalan sejarah dengan objek dua dimensi atau tiga dimensi.
- Koleksi Teknologika, berisi koleksi perkembangan teknologi sejak tradisional hingga modern.
Koleksi museum lainnya: “Yuk Wisata Edukasi ke Museum Mandala Siliwangi Bandung!“
Sebanyak 60% benda koleksi dalam museum Sri Baduga didapat dari berbagai peradaban budaya yang pernah ada di Indonesia, sedangkan 40% lainnya berasal dari masa peradaban kebudayaan Cina di Indonesia. Misalnya saja benda bersejarah sisa-sisa peninggalan bangsa Cina seperti peralatan rumah tangga, keramik, gerabah, mebeler, hingga alat-alat perhiasan, juga beberapa replika alat transportasi berupa kereta kencana dan bendi.
Sebagian besar barang koleksi yang dimiliki museum Sri Baduga didapat dari hasil perburuan benda bersejarah di sejumlah daerah Jawa Barat dan dari sumbangan masyarakat. Selebihnya dan jumlahnya sangat sedikit, adalah koleksi yang didapat dari hasil pembelian, terutama benda-benda bersejarah yang telah ada sejak peradaban bangsa Cina. Meskipun begitu, koleksi benda bersejarah tidak berbatas pada bentuk asli saja, melainkan juga dilengkapi dengan banyak miniatur, foto, bentuk-bentuk replika, dan maket.
Ruang Pamer Museum Sri Baduga
Ribuan jenis benda koleksi tersebut selain dipamerkan juga didokumentasikan dan disimpan dalam gudang penyimpanan. Ruang pamer museum Sri Baduga dibagi menjadi tiga lantai.
Wisata edukasi di Bandung: “Liburan Jangan Hanya Bermain! Belajar di Tempat Wisata Edukasi di Bandung“
Lantai pertama memamerkan peradaban awal sejarah alam dan budaya Sunda. Misalnya saja dengan menampilkan flora dan fauna di Jawa Barat sejak masa lampau, bebatuan prasejarah, replika atau benda asli buatan tangan sejak masa prasejarah hingga memasuki peradaban Hindu-Budha, termasuk memperlihatkan bentuk-bentuk Homo Erectus (manusia purba) dan Homo Sapiens (manusia prasejarah), juga fosil hewan yang diperkirakan hidup sekitar 10.000 tahun yang lalu.
Lantai kedua banyak memamerkan sejarah budaya dan tradisi Sunda sejak masa lampau. Seperti pola hidup dan mata pencaharian masyarakatnya, misalnya saja adat masyarakat Kampung Naga di Tasikmalaya. Berikutnya bentuk serta jenis perdagangan dan tranportasi masa lampau, hingga pengaruh masuknya islam dan budaya Eropa, serta bagaimana sejarah perjuangan bangsa Sunda dan filosofi tiap lambang daerah di seantero Jawa Barat.
Lantai ketiga lebih memamerkan koleksi etnografi berupa teknologi dan ragam kesenian Sunda beserta sejarahnya.
Informasi Kunjungan ke Museum Sri Baduga
Museum ini buka pada hari Senin sampai Jumat mulai pukul 08.00–15.00 WIB, Sabtu–Minggu pukul 08.00–14.00 WIB, dan tutup pada hari raya atau libur nasional. Biaya masuknya pun relatif murah, yaitu sekitar Rp 3.000 untuk orang dewasa, dan Rp 2.000 untuk anak-anak. Biaya yang cukup murah untuk menikmati wisata edukasi penambah wawasan mengenai suatu budaya bukan? Selamat berwisata!
Alternatif wisata indoor di Bandung: “Ingin Liburan Tapi Tidak Ingin Panas-panasan? Datang ke Tempat Wisata Indoor di Bandung“