Komunitas underground di Bandung, bisa dikatakan sebagai komunitas underground terbesar di Indonesia. Hal ini tak hanya berkaitan dengan Bandung yang sering dianggap sebagai Barometer musik Nasional, tetapi komunitas ini memang telah terbentuk sejak era 60’an.
Mengulas Komunitas Underground di Bandung
Komunitas para pecinta musik cadas ini memang sangat mengedepankan kemandirian, begitu pula dengan cara mereka dalam menghasikan karya. Karena alasan itu, mereka selalu berusaha sendiri untuk menciptakan sistem, sarana dan prasarana dalam pembuatan hingga pendistribusian dari hasil kreatif dan imajinasinya.
Mungkin kita sering meremehkan dengan menganggap mereka sebagai kaum marjinal, kaum minoritas dengan penampilan dan selera musik yang aneh. Keanehan tersebut memang ciri khas yang menjadikan mereka unik. Namun demikian, jika dilihat dari konsep sosial bahwa kelompok-kelompok kecil atau minoritas, justru memiliki solidaritas kelompok yang sangat tinggi. Solidaritas inilah yang sebenarnya berpengaruh terhadap keberlangsungan kelompoknya. Hal ini terbukti dari cara hidup mereka yang memang lebih mengandalkan kelompoknya untuk bertahan.
Di balik semua itu, komunitas underground di Bandung ini bisa dikatakan sebagai komunitas cerdas yang berideologi dan memiliki pemikiran yang jauh ke depan. Kecerdasan komunitas ini tentu saja berbanding lurus dengan kecerdasan anggotanya di mana setiap anggota sangat memahami pentingnya pendidikan bagi kelangsungan hidup.
Solidaritas Kelompok
Dalam mempertahankan kelompok, hidup adalah syarat utama. Hidup yang dimaksud bukan hanya bernafas atau bernyawa, tetapi juga berkegiatan dan berkehidupan. Dengan cara seperti itu, hidup bisa juga diartikan sebagai tumbuh dan berkembang. Untuk tumbuh dan berkembang, tentu saja sarana dan prasarana hidup harus diupayakan. Atas dasar itulah komunitas ini mengusung semangat kemandirian untuk bisa tumbuh dan berkembang.
Newsletter, literatur, T-Shirt adalah beberapa hal yang penting bagi mereka yang juga menunjuang semangat bermusiknya. Semua hal tersebut bisa dikatakan sebagai alat pendobrak dan penopang perekonomian.
Beberapa distro yang menawarkan T shirt dan mercandhise lainnya yang dibuat oleh anggota komunitas ini, justru bisa digunakan sebagai penopang perekonomian. Bahkan laju pertumbuhan ekonominya bisa dikatakan melesat hanya melalui komoditas yang dibuat dari dan bagi kelompoknya sendiri.
Salah satu kecerdasan lain dari komunitas ini yang bisa dianggap sebagai kecerdasan melihat dan membuka peluang demi kelangsungan hidup. Karenanya wajar jika di balik stigma yang diterapkan masyarakat padanya, komunitas Underground di Bandung ini bisa bertahan bahkan bertumbuh kembang dari generasi ke generasi, hingga menonjol seperti saat ini.