Tari Topeng Cirebon merupakan salah satu daya tarik sekaligus pesona budaya yang terdapat di wilayah Cirebon, Jawa Barat. Bukan saja pesona bagi wisatawan domestik, tapi juga bagi para turis asing yang ingin mengetahui seperti apa Tari Topeng Cirebon itu. Namun, masyarakat Indonesia sendiri sampai saat ini masih banyak yang belum mengetahui sejarah dan makna Tari Topeng Cirebon itu sendiri. Bagi Anda yang ingin mengenal bagaimana sejarah dan filosofi tarian tersebut, yuk baca lebih lanjut di sini.
Sejarah Tari Topeng Cirebon
Pada masa Kerajaan Majapahit, Cirebon dijadikans ebagai pusat penyebaran agama Islam oleh Sunan Gunung Jati yang bekerja sama dengan Sunan Kalijaga. Keduanya kemudian menggunakan Tari Topeng Cirebon sebagai salah satu media sekaligus upaya dalam menyebarkan agama Islam. Dengan konsep yang menghibur di lingkungan keraton ini, maka Islam pun dapat disebarkan sesuai dengan visi dan misi mereka.
Seni tari lainnya: “Ingin Anak Punya Keahlian di Bidang Seni Sunda? Ini Tempat yang Tepat!“
Tari Topeng Cirebon ini populer di zaman Majapahit, yakni antara tahun 1300 sampai 1400 tarikh Masehi. Oleh sebab itu, banyak yang mengaitkan antara Tari Topeng Cirebon dengan kepercayaan Hindu-Budha-Jawa pada zaman Majapahit. Bagaimana tarian ini dimulai, tentu ada sejarahnya. Seperti yang sudah disebutkan di atas, setelah jatuhnya kerajaan Majapahit (1525), tarian ini kemudian digunakan sebagai kerangka konsep kekuasaan sekaligus nilai spiritual bagi para Sultan di Demak. Tari Topeng Cirebon juga erat hubungannya dengan konsep kekuasaan Jawa sehingga hanya rajalah yang bisa membawakan tarian ini.
Sementara itu, Demak sebagai wilayah pesisir kemudian memperluas pengaruh kekuasaan dan Islamisasi dengan mempersembahkan Tari Topeng Cirebon. Dengan begitu, maka Tari Topeng Cirebon ini hanya hidup di wilayah pesisir Jawa Barat dengan berbagai makna dan fungsi ritualnya.
Jenis-jenis Tari Topeng Cirebon
Berikut ini merupakan jenis tarian Topeng khas Cirebon beserta makna yang tersirat di dalamnya.
- Tari Topeng Panji, yakni tarian yang merepresentasikan sosok manusia yang baru lahir dan penuh dengan kesucian sehingga gerakannya halus dan lembut. Tarian ini dianggap sebagai gabungan dari hakikat gerak dan diam yang terkandung sebagai filosofi Tari Topeng Cirebon.
- Tari Topeng Samba, yakni tarian yang merepresentasikan fase perkembangan manusia saat memasuki dunia kanak-kanak yang digambarkan dengan gerakan yang lincah, luwes, dan lucu.
- Tari Topeng Rumyang, yakni tarian yang merepresentasikan fase kehidupan manusia saat memasuki usia remaja atau akhil balig.
- Tari Topeng Tumenggung, yakni tarian yang merepresentasikan kedewasaan seorang manusia yang penuh dengan kebijaksanaan dan sosok prajurit yang tegas, penuh dengan dedikasi, kesetiaan, dan kepahlawanan.
- Tari Topeng Kelana atau Rahwana, yakni merupakan representasi visualisasi watak manusia yang serakah dan penuh dengan amarah dan ambisius. Sifat-sifat inilah yang merupakan sisi gelap manusia dan biasa ada di dalam diri manusia sehingga digambarkan dengan gerakan yang tegas, ambisius, dan penuh dengan ambisi duniawi.
Tentang Jawa Barat lainnya: “Bingung dengan Arti Kata Sampurasun dalam Sunda? Berikut Penjelasannya!“
Teka-teki Tari Topeng Cirebon
Tarian ini tentu saja dianggap sebagai tarian yang misterius dan penuh dengan gairah yang mencekam sehingga banyak pengamat tari yang bertanya bagaimana penduduk desa di Cirebon dapat menciptakan tarian yang sesakral dan semisterius itu. Namun, pada perkembangannya diketahui bahwa penduduk desa Cirebon hanyalah pewaris yang menjalankan Tari Topeng Cirebon sebagai warisan, bukan sebagai ciptaan.
Artikel tarian lainnya: “Mengenal Filosofi Tari Jaipongan“
Pada masa penjajahan Belanda, masyarakat Cirebon menggunakan Tari Topeng Cirebon ini sebagai aktivitas seni sekaligus mencari hiburan. Para penari dan penabuh gamelan Keraton harus mencari sumber hidup sebagai petani sehingga Tari Topeng Cirebon dijadikan sebagai media hiburan yang kemudian bertransformasi sehingga muncullah tarian seperti Losari, Selangit, Kreo, Palimanan dan lain-lain.
Topeng Cirebon merupakan simbol penciptaan semesta yang dibuat berdasarkan sistem kepercayaan Indonesia purba Hindu-Budha-Majapahit yang disebut sebagai paham emanisasi. Paham emanasi ini tidak membedakan antara Pencipta dan ciptaan sehingga sifat manunggaling kawula gusti sangat erat dengan tarian tersebut.
Selain itu, karena tarian ini tercipta atas dasar kepercayaan Hindu-Budha, maka pembawaannya harus didahului oleh persediaan sajian. Sajian tersebut bukanlah persembahan makanan untuk Sang Hyang Tunggal, melainkan sebuah simbol yang digunakan untuk melambangkan dualisme dan pengesaan.
Oleh sebab itu, sajian yang dipersembahkan memasukkan unsur-unsur seperti bedak, sisir, dan cermin sebagai lambang perempuan serta cerutu atau rokok yang dianggap sebagai perlambangan laki-laki. Sementara itu, bubur merah dan bubur putih masing-masing melambangkan dunia manusia dan Dunia Atas. Cobek batu yang kasar merupakan lambang laki-laki, sedangkan ulekan kayu merupakan lambang perempuan. Buah pisang sebagai lambang laki-laki, sedangkan buah jambu dijadikan sebagai lambang perempuan. Air kopi dijadikan sebagai lambang Dunia Bawah dan air putih dijadikan sebagai lambang Dunia Atas, sementara air teh dijadikan sebagai lambang Dunia Tengah. Seluruh sesajian ini merupakan lambang dari keanekaragaman yang ditunggalkan.
Artikel kesenian lainnya: “3 Komunitas Musik Bandung Paling “Eksis”“