Kampung Naga Tasikmalaya merupakan salah satu bukti nyata bahwa masyarakat di tatar Pasundan masih setia menjaga warisan leluhur mereka, meskipun modernisasi terus berkembang pesat.
Konsep peradaban yang maju di dunia ini sangat dipengaruhi oleh pelestarian budaya, pengetahuan, dan kesadaran sejarah.
Terkadang, alasan meninggalkan budaya leluhur dikaitkan dengan modernisasi. Padahal, modernisasi tidak berarti harus menghapus kearifan lokal.
Kampung Naga menunjukkan bahwa masyarakatnya tetap mampu mempertahankan budaya dan tradisi leluhur meskipun di tengah derasnya arus modernisasi.
Lokasi dan Harga Tiket Masuk Serta Jam Buka
Kampung Naga berada di Provinsi Jawa Barat, tepatnya di dekat perbatasan antara Tasikmalaya dan Garut.
Alamat lengkap Kampung Naga adalah di Desa Neglasari, Kecamatan Salawu, Kabupaten Tasikmalaya, Provinsi Jawa Barat.
Untuk masuk ke Kampung Naga tidak dikenakan biaya. Pengunjung dianjurkan untuk membeli suvenir atau produk buatan tangan masyarakat Kampung Naga.
Kampung Naga Tasikmalaya terbuka untuk pengunjung sepanjang hari, 24 jam. Bagi yang ingin menginap, sebaiknya mendapatkan izin terlebih dahulu dari pihak yang berwenang di lokasi.
Asal Mula Nama Kampung Naga
Penamaan Kampung Naga berkaitan dengan letak geografisnya yang berada di gawir. Dalam bahasa Sunda, gawir yang berarti tepian atau sisi jurang.
Nama asli Kampung Naga berasal dari istilah Kampung Nagawir, yang berarti kampung yang berada di tepian atau sisi jurang. Kampung Naga merupakan kependekan dari istilah tersebut.
Hal-hal yang Menarik di Kampung Naga Tasikmalaya
Walaupun Kampung Naga tadinya bukanlah sebuah objek wisata, namun karena keunikannya banyak yang datang kesini dan akhirnya warga Kampung Naga sudah terbiasa menerima kunjungan. Berikut hal-hal yang menarik di Kampung Naga
1. Arsitektur Bangunan yang Masih Terjaga Keasliannya
Salah satu daya tarik utama Kampung Naga di Tasikmalaya, Jawa Barat adalah arsitektur bangunannya yang tetap terjaga keasliannya.
Bahan bangunan dan tata letaknya dirancang dengan cermat, mengikuti aturan yang ketat dan mengandung nilai-nilai filosofis yang mendalam.
Jumlah bangunan di Kampung Naga mencapai 100 rumah. Bahan yang digunakan tidak diperbolehkan dari tembok. Bahan utama yang dipakai adalah bambu dan kayu, sedangkan atapnya dibuat dari ijuk atau nipah.
Penataan rumah di Kampung Naga harus menghadap ke arah selatan atau utara, dengan orientasi memanjang ke timur atau barat.
2. Bangunan Untuk Umum
Selain rumah hunian bagi masyarakat Kampung Naga, di sana juga terdapat tiga bangunan umum yang diperuntukkan bagi kepentingan bersama.
Bangunan pertama adalah lumbung padi, yang berfungsi sebagai tempat penyimpanan hasil panen padi masyarakat.
Kedua, terdapat masjid yang menjadi pusat kegiatan ibadah dan keagamaan. Terakhir, ada tempat musyawarah atau ruang berkumpul yang digunakan untuk berbagai kegiatan sosial dan pengambilan keputusan bersama dalam komunitas.
Ketiga bangunan ini memiliki peran penting dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Kampung Naga.
3. Tradisi Masih Dipegang Teguh
Kampung Naga menarik karena masyarakatnya mempertahankan tradisi leluhur dengan teguh. Mereka tidak menggunakan listrik atau internet, dan tidak mengadopsi teknologi modern.
Hal tersebut bisa terlihat ketika mengunjungi Kampung Naga, khususnya di lumbung padi. Dimana proses menumbuk padi masih menggunakan alat-alat tradisional.
Masyarakat Kampung Naga menganut agama Islam. Mereka mencari nafkah dari pertanian, peternakan, dan kebun. Luas Kampung Naga sekitar 1,5 hektar.
Di Kampung Naga juga terdapat suatu tempat yang tidak diperbolehkan untuk dikunjungi oleh pengunjung, yang dikenal sebagai Hutan Larangan.
Itulah sedikit review tentang Kampung Naga Tasikmalaya. Jadi jika ingin belajar tradisi masyarakat yang masih terjaga keasliannya, bisa mengunjungi kampung ini.