Sejarah perkembangan Bandung sebagai kota, memang jauh sebelum ditetapkannya status Bandung sebagai Gementee (kotapraja/kotamadya) pada tahun 1906 lalu. Meski setelah menjadi Gementee, Bandung tentu saja mendapat banyak proiritas dalam berbagai segi, baik pemerintahan mau pun perkembangannya.
Sebagaimana kota-kota lain, prioritas seperti ini tentu menjadi daya tarik bagi penduduk luar Bandung untuk masuk ke wilayah ini. Salah satu daya tarik yang dimaksud, tentu saja Bandung menyediakan banyak lapangan pekerjaan sekaligus membutuhkan banyak tenaga kerja.
Menelusuri perkembangan jauh ke belakang, tenaga kerja yang didatangkan ke Bandung, dipekerjakan dalam banyak bidang kehidupan. Mulai dari perkebunan, pembangunan sarana-prasarana dan sebagainya. Sektor perkebunan bisa dikatakan sebagai sektor utama di awal perkembangannya.
Hal itu wajar, mengingat sektor perkebunan di masa itu masih menjadi ladang utama dalam perekonomian dunia di samping juga keadaan alam yang memang memadai. Karenanya, banyak perkebunan berskala besar yang kemudian dibangun, semata-mata untuk mendapatkan penghasilan yang besar juga.
Kelak dalam sejarah perkembangan Bandung, perkebunan yang dibangun di kota Bandung digunakan sebagai nama jalan dan wilayah. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya nama-nama jalan dan wilayah yang dimulai dengan kata kebon (kebun). Semisal, Kebon Kopi, Kebon Kalapa, Kebon Kawung dan seterusnya hingga Kebon Bibit yang di masa lalu memang khusus menyediakan pembibitan.
Di era perkembangan berikutnya, nama-nama wilayah berhubungan dengan penduduk yang menempatinya. Kategori wilayah seperti ini, umumnya dimulai dengan kata babakan. Semisal Babakan Sumedang yang awalnya memang ditempati oleh sekumpulan orang Sumedang, Babakan Ciamis, Babakan Surabaya dan seterusnya.
Selain itu, nama-nama wilayah di kota Bandung pun tak lepas dari topografi atau keadaan wilayah dan tanda-tanda khusus dari lingkungan setempat. Kategori seperti ini memang banyak digunakan dan menjadi ciri khas bagi penyebutan nama-nama wilayah bukan hanya di Bandung, tetapi juga di Indonesia.
Beberapa nama wilayah yang dibentuk berdasarkan kategori ini adalah; Cicadas yang berasal dari kata cai (air) dan cadas (batu). Pengertiannya bisa beragam, mulai dari air yang muncul dari sela-sela batu bercadas, keadaan wilayah yang dipenuhi batu cadas hingga sungai-sungai yang dipenuhi batu cadas. Meski pun sungai yang melintasi wilayah Cicadas saat seperti Sungai Cidurian dan Sungai Cisokan tidak lagi bercadas.
Wilayah Cikapundung yang terdiri dari beberapa pemukiman di kota Bandung masa lalu yang berada di DAS Cikapundung. Wilayah Sekeloa yang berasal dari kata seke yang berarti air terjun dan loa yang merupakan nama pepohonan. Wilayah Kiara Condong yang memiliki arti pohon kiara yang condong atau pohon kiara yang miring. Dan wilayah-wilayah lain sejenisnya.
Sedikit uraian di atas, kiranya bisa menjelaskan bahwa sejarah perkembangan Bandung ternyata bisa juga diukur melalui terbentuknya nama-nama wilayah yang juga merefleksikan kehidupan, keadaan lingkungan juga topografi di masa lalu.