Tak perlu dipungkiri jika keberadaan Cafe Bandung baru sangatlah banyak dan sulit untuk dipetakan. Kesulitan pemetaan tersebut sangatlah beralasan, mengingat cafe sebagai bentuk usaha umumnya berkembang dengan sangat pesat di Bandung. Hal seperti ini akan sangat berhubungan jika ditinjau dari sebutan Bandung sebagai tempat wisata kuliner. Secara kongkret, sebutan bisa diperlihatkan dari gairah wisatawan untuk menyicipi menu dan tempat yang unik. Hasilnya, setiap kali ada tempat kuliner baru, serbuan wisatawan tak bisa dielakkan. Kondisi seperti ini, tentunya menyebabkan cafe Bandung baru sulit dibedakan dengan cafe-cafe lama dari segi keramaiannya.
Di samping itu, ramainya usaha-usaha cafe baru yang bertebaran di segala penjuru kota Bandung, tentunya menjadi kesulitan utama dalam pemetaan. Pernyataan seperti ini memunculkan beberapa kemungkinan bahwa satu cafe di tempat baru, bisa jadi merupakan cafe lama yang pindah tempat atau membuka cabang baru. Atau bisa juga cafe yang benar-benar baru, namun karena situasinya yang ramai menudian memberikan kesan yang tak jauh berbeda dengan cafe lama.
Beragam Persoalan Tentang Cafe Bandung Baru
Dari beberapa faktor di atas, satu faktor lain yang menyulitkan pemetaan adalah lemahnya pemberitaan atau informasi yang berkaitan dengan cafe Bandung baru. Pemberitaan atau informasi, tentu saja tidak hanya berkaitan dengan kerangka berita dalam pemahaman umum yang hanya berkaitan dengan branding atau promosi. Tetapi lebih pada pencatatan atau pendataan yang lebih berkaitan dengan kepemilikan izin usaha.
Hal seperti ini, bukanlah hal baru bagi usaha cafe di Bandung. Asosiasi Kafe dan Restoran di Bandung yang juga dikuatkan oleh data di Dinas Kepariwisataan kota Bandung pun membenarkan hal tersebut. m Menurut data yang tercatat, dari 2000 lebih cafe yang tersebar di Bandung, lebih dari 90% tidak atau belum memiliki izin usaha. Kenyataan seperti ini, tentunya merupakan fakta lain yang mempengaruhi sulitnya menentukan mana cafe baru dan mana cafe yang sudah lama berdiri.
Berdasarkan pengamatan dan pengalaman, kesulitan menentukan cafe baru atau cafe lama, tidak hanya dialami oleh warga luar atau wisatawan yang melancong ke Bandung. Tetapi berlaku juga bagi warga Bandung sendiri. Hal seperti ini, tentunya menjadi masalah sendiri saat ada warga luar yang menanyakan alamat cafe Bandung baru tertentu lalu dijawab dengan kernyitan dan gelengan kepala sebagai wujud ketidaktahuan. Ketidaktahuan yang mungkin saja akan menyesatkan pandangan orang bahwa warga Bandung adalah warga yang individualistik dan tak perhatian pada lingkungan sekitarnya.
