Tempat makan Misbar Bandung atau yang terkenal dengan warung misbar adalah salah satu dari sekian banyak tempat makan unik di Kota Bandung. Keunikan tempat ini, sebenarnya bisa dilihat dari namanya.
Warung, beberapa mengatakan warung sebagai toko kecil yang sifatnya tradisional, merakyat dan seterusnya. Apa yang dijual di warung bisa beragam, mulai dari beragam jajanan pasar atau makanan. Untuk definisi kedua, orang Indonesia lazim menyebutnya sebagai warung makan.
Sementara misbar adalah singkatan dari gerimis bubar. Istilah ini merujuk pada bioskop masa lalu, khususnya yang ada di Bandung. beberapa bioskop misbar yang terkenal berada di wilayah cicadas dan sekitaran alun-alun, Bandung. Bioskop-bioskop misbar ini, bisa dikatakan sebagaibioskop rakyat yang kemudian tenggelam pada era 90-an.
Penjelasan di atas kiranya akan begitu kontras jika kita mengunjungi warung misbar yang berada di Jalan RE. Martadinata No. 28A, Bandung, Jawa Barat. Betapa tidak, jika melihat dari eksteriornya dan lokasinya saja, kita bisa langsung menangkap jika tempat ini bukanlah warung. Melainkan tempat makan dengan modern, sama halnya dengan tempat makan lain di sekitarnya. Begitu pun dengan konsep misbar, kiranya tak masuk akal jika ada tempat misbar yang berdiri di lokasi ini.
Namun, di situlah uniknya. Tempat makan misbar Bandung ini memang sengaja mengambil konsep warung dan misbar untuk mendapatkan kesan kerakyatan atau merakyat. Hal itu ditunjukkan dengan menu-menu masakannya yang sederhana. Begitu pun dengan cara penyajiannya yang tak ubahnya seperti warung makan pada umumnya.
Sementara misbar yang berkaitan dengan bioskop, dicomotnya sebagai konsep unik yang tak akan pernah didapatkan di mana pun. Warung ini menerapkan konsep makan sambil menonton film-film bioskop masa lalu. Tentunya dengan layar lebar dan podium yang dibuat seperti pelataran bioskop misbar.
Atas segala keunikan dan kreatifitas di tempat makan misbar Bandung ini, kiranya jika tempat ini mampu menarik perhatian banyak pengunjung. Di sisi lain, perhatian pengunjung pada sesuatu yang baru mungkin tak akan bisa melepaskan diri pada konsep sensasi. Karena keberadaan suatu tempat akan memberi wajah, citra dan cara pandang tersendiri bagi kota tempat tempat tinggalnya. Maka akan sangat wajar juga jika Bandung kemudian dianggap sebagai kota yang penuh sensasi.
