Menelusuri Jejak Keberagaman Etnis di Kota Bandung

3 Likes Comment
Kawasan Pecinan di Bandung

Keberagaman etnis di Kota Bandung, sebenarnya bukan hal baru untuk dibicarakan. Berdasarkan sejarah, Kota Bandung justru berkembang dan dikembangkan oleh warga pendatang hingga menjadi kota multi etnis seperti saat ini. Itu juga berarti bahwa pluralisme sudah menjadi bagian dari kehidupan warga Bandung sejak dulu.

Menarik masa jauh ke belakang, terutama saat terjadinya pemindahan Keresidenan dari Cianjur ke Bandung pada tahun 1864, Bandung bisa diatakan mulai menorehkan sejarah tentang prularisme. Perpindahan tersebut, bahkan seringkali dikaitkan dengan cacandraan atau ramalan mengenai tanda-tanda jaman yang berbunyi: “Bandung heurin ku tangtung, Cianjur Katalanjuran, Sukabumi tinggal resmi, Sumedang Ngarangrangan, Sukapura ngadaun ngora, Galunggung ngadeg tumenggung, garut jadi pangirut.

Sebagai ramalan, besar kecilnya hal tersebut memang terbukti, benar jika Bandung mengalami perkembangan yang sangat pesat dibanding kota-kota di wilayah priangan. Perkembangan tersebut menyebabkan Bandung menjadi kota yang padat, seolah berdesak-desakan (heurin ku tangtung).

Sementara Cianjur, terbukti sejak lama hanya menjadi kota lintasan bahkan kini semakin sepi setelah dibukanya jalur tol Cipularang. Sukabumi sendiri telah diramalkan hanya tinggal nama, terlebih setelah berpindahnya ibukota ke wilayah Pelabuhan Ratu.

Sumedang diramalkan menjadi kota yang meranggas. Seperti halnya daun kering yang sudah tua, maka ranggas di sini bisa diartikan sebagai kota pensiunan yang banyak dimukimi atau diminati oleh penduduk golongan usia tua.

Sukapura yang terdiri dari wilayah priangan timur, termasuk Tasik, Ciamis dan Garut akan muncul sebagai kota baru dengan kemajuan di bidang ekonomi. Hal ini terbukti dengan pembangunan di wilayah ini yang kini sedang pesat-pesatnya. Terutama berdirinya pusat pemerintahan baru kota Tasik Malaya di wilayah Singaparna yang berada hampir di kaki gunung Galunggung.

Lalu, apa hubungannya ramalan di atas dengan keberagaman etnis di Kota Bandung?

Terlepas dari benar atau tidaknya ramalan di atas. Kota Bandung memang telah diprediksi sebagai kota yang menarik banyak perhatian. Dengan kata lain, migrasi besar-besaran akan terjadi ke wilayah ini. Hal tersebut memang terbukti dengan banyaknya penduduk dari kota sekitar seperti Garut, Ciamis dan seterusnya.

Bukan hanya itu, migrasi antar provinsi pun berbondong-bondong datang untuk menempati wilayah Bandung. Sebagian besar kemudian bermukim berdasarkan asal usulnya di satu wilayah. Kelak pemukiman kaum migran tersebut menjadi nama wilayah di Bandung seperti babakan Tarogong, babakan Ciamis, babakan Surabaya dan seterusnya.

Pluralisme di Bandung tak berhenti sampai di situ, pemisahan kelas oleh bangsa Belanda di era berikutnya turut mewarnai keberagaman etnis di kota Bandung. Etnis asing pertama di kota Bandung adalah orang-orang Arab, menyusul etnis Tionghoa yang bermigrasi secara besar-besaran dari Bataavia dan sekitarnya setelah Guberur Jendral menghapus larangan Etnis Tionghoa untuk memasuki Bandung.

Kelak, etnis Tionghoa ini memegang peranan penting dalam perekonomian Bandung. Berdasarkan kilasan sejarah tersebut, kiranya wajar jika Bandung kemudian dikenal sebagai kota multi etnis yang tak pernah bisa dimakan oleh isu-isu yang menyangkut kesukuan.

You might like

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *