Sejarah Jalan Braga, Jalan Legendaris di Kota Bandung

4 Likes Comment
Jalan Braga Bandung

Berbicara mengenai sejarah Braga, tentu kurang lengkap rasanya jika tidak mengetahui Jalan Braga. Jalan Braga merupakan salah satu jalan di Kota Bandung yang sangat terkenal. Daerah konservasi budaya ini memang unik. Banyak bangunan di sepanjang jalan yang menyuguhkan kesan klasik. Gaya arsitektur Eropa memang membuat Braga mirip dengan suasana di Eropa. Braga memang sudah sejak zaman Belanda menjadi tempat bergengsi. Jalan ini dipenuhi berbagai tempat belanja dan tempat hiburan bergengsi kala itu.

Sejarah Jalan Braga, Jalan Legendaris di Kota Bandung

Kata Braga konon berasal dari bahasa Sunda, Ngabaraga, yang berarti bergaya.  Kita memang masih bisa melihat bangunan-bangunan megah dan bergaya art deco sepanjang jalan ini. Pembangunan jalan ini erat dengan pembangunan jalan Anyer-Panarukan yang diperintahkan Gubernur Jenderal Daendels pada tahun 1808-1811. Gedung ini dinamai Pedawiteg sebelum tahun 1882. Jalan dengan lebar sepuluh meter ini merupakan penghubung dari Groote Postweg, Jalan Asia-Afrika, dengan Koffie Pakhuis miliki Andries de Wilde yang kini menjadi Balai Kota Bandung.

Baru pada tahun 1882, Asisten Residen Bandung, Pieter Sitjhoff, menamai jalan ini menjadi Bragaweg. Jalan ini kemudian diperkeras dengan memakai batu kali. Selain itu sepanjang jalan dipakai lampu minyak untuk menerangi jalan. Konon, nama Braga sudah populer sejak tahun 1810, namun baru resmi dipakai pada tahun 1882.

Salah satu pemicu perkembangan Bragaweg adalah toko kelontong bernama De Vries. Toko ini menjual berbagai keperluan sehari-hari dan sering dikunjungi petani Belanda yang memiliki kebun di sebelah utara Bandung. Keramaian jalan ini, beserta Asia-Afrika tentunya, membuat banyak berdirinya bangunan lain di sekitarnya, seperti hotel, bank, bioskop, dan restoran.

Tumbuhnya berbagai bangunan ini membuat Bragaweg terkenal di seluruh Hindia-Belanda. Banyak orang elit, baik dari kalangan Belanda, Cina, atau Pribumi yang bergaya dan bergaul di Bragaweg. Pada tahun 1900 jalan ini mulai diaspal dan semakin ramai. Pada tahun 1906 dibuat peraturan bahwa bangunan toko sepanjang Braga harus memenuhi standar yang telah ditetapkan.

Braga semakin elit pada tahun  1920-1930-an. Toko di kawasan ini hanya menjual barang mewah berkelas. Wali kota Bandung saat itu, B. Coops, memang menginginkan Braga menjadi pusat perbelanjaan elit yang bergaya Eropa. Keindahan Bandung kala itu membuat warga Eropa yang mampir ke Hindia Belanda menjuluki kota ini sebagai Parijs van Java.

Bandung memang menjadi pusat pemerintahan, kesenian, hiburan, ekonomi, dan intelektual pada saat itu. Berbagai fasilitas gaya Eropa ini memang bertujuan agar warga Eropa di Bandung bisa tetap mempertahankan gaya hidupnya. Karena itu baik gaya bangunan rumah, perkantoran, tempat hiburan, hingga menu makanan disesuaikan dengan budaya Eropa. Jalan Braga juga menjadi pusat berbelanja barang-barang dari Eropa.

Jejak kemegahan itu masih terlihat saat ini. Kita masih menjumpai banyak bangunan tua yang indah sepanjang jalan ini. Selain itu, berbagai toko yang ada juga masih menjual barang mewah berkualitas. Banyak juga sarana hiburan yang masih ramai, seperti pub, mall, tempat makan, hingga galeri lukisan di sepanjang jalan ini. Sebuah hotel modern juga telah berdiri di Jalan Braga. Dengan keindahan dan sejarah yang dimiliki maka Braga masih menjadi pusat tujuan wisata di Bandung hingga saat ini.

You might like

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *